Pages

Wednesday, August 15, 2018

Cita-cita Membuka Sidang Senat Terbuka, Pelantikan Wisudawan Serta Penutupan Wisuda

Pembaca yang baik, anda pasti punya cita-cita. Cita-cita itu ada yang sepertinya aneh tetapi dalam perjalanan waktu dapat terwujud. Maukah Anda mengikuti kisah ini dan berbagi pengalaman sekitar cita-cita atau visi Anda yang menjadi kenyataan? Sambil menunggu jawaban Anda, mari ikuti cerita saya tentang cita-cita yang menjadi kenyataan.
Ceritanya begini! Suatu saat, saya duduk di podium yaitu di deretan pendidik Perguruan Tinggi dengan ketua Sekolah Tinggi yang siap untuk membuka acara Sidang Senat Terbuka dengan acara wisuda dan Diesnatalis. Serta pelantikan para wisudawan.
Saya duduk di urutan kedua dari barisan depan. Ketika Ketua Sekolah Tinggi membuka siding senat terbuka dan pelantikan, saya berkata dalam hati saya: suatu saat saya juga akan mengucapkan kata-kata yang sama yang diucapkan oleh ketua dalam acara wisuda. Setahun kemudian saya mendapat kepercayaan untuk memimpin sebuah institusi. Hal ini terjadi tahun 2015, tahun 2016 saya dipilih untuk memimpin lembaga pendidikan tinggi setara sekolah tinggi. Tahun 2017 fakum, artinya tidak ada wisuda jadi saya belum bisa membuka sidang senat terbuka dan pelantikan wisudawan. Namun pada tahun 2017, ada wisuda di Kampus B, saya kemudian memimpin acara wisuda dan diesnatalis dengan mengucapkan kata-kata yang sama seperti ketua sebelumnya. Namun saya belum rasa puas.
Memasuki tahun 2018, tepatnya pada tanggal 4 Agustus 2018 kami melaksanakan wisuda dan diesnatalis. Dalam wisuda ini saya bertindak sebagai ketua dan membuka sidang senat terbuka serta pelantikan wisudawan. Biasanya ada palu yang disediakan untuk mengetuk beberapa kali setelah mengucapkan pembukaan siding senat terbuka dan diesnatalis, wisuda serta pelantikan dan penutupan siding senat tertutup acara wisuda dan disesnatalis. Berikut wisuda 4 Agustus 2018.

Apa yang hendak saya sampaikan disini, yaitu sebuah cita-cita atau visi atau mimpi bila dikehendaki oleh TUHAN maka akan terealisasi dalam diri seseorang. Saya waktu mendapat pencerahan ini rasanya tidak mungkin tetapi seiring perjalanan waktu, mimpi itu menjadi kenyataan.

Sebenarnya bukan saya yang direncanakan untuk menjadi ketua, ada teman saya yang lebih senior namun ada factor lain yang menyebabkan teman saya tidak terpilih dalam pencalonan, kemudian saya mendapat peluang tersebut.
Awalnya saya merasa berat karena saya hanya ingin konsentrasi untuk mengajar dan menjadi penulis di blog. Namun kesempatan ini tidak dapat ditolak. Saya harus menerima pilihan ini untuk menjalani kepemimpinan selama beberapa tahun. Setelah berdoa dan berpikir secara jernih, saya pun siap menjalani tugas yang baru.
Ketika menjalani tugas yang baru, saya merasa tidak mampu tetapi sebagai insane yang percaya kepada sang pencipta, saya terus membangun relasi teologis dengan TUHAN (Berdoa). Saya meyakini bahwa hanya melalui doa dan iman kepada-Nya maka saya mampu melaksanakan tugas kepemimpinan atas sebuah lembaga pendidikan.

Tahun 2016, saya jalani kepemimpinan dengan pertimbangan-pertimbangan, seperti merasa diri tidak mampu dan perasaan-perasaan sejenisnya. Tentu perasaan-perasaan ini mengganggu saya namun saya terus membangun keyakinan bahwa jika peluang memimpin datangnya dari TUHAN maka saya pasti mendapat kekuatan untuk menjalaninya sampai periode yang ditentukan selesai.
Kini tahun 2018, saya memimpin sekolah tinggi tetap dalam kepasrahan pada Dia yang memberi kekuatan padaku. Sering saya renungkan kepemimpinan yang saya jalani dalam tokoh cerita, yaitu ada yang bertindak sebagai tokoh sentral, tokoh lawan, tokoh kawan dan tokoh netral.

Tokoh sentral adalah diri saya, tetapi saya harus memahami bahwa ada tokoh lawan. Artinya ada pihak-pihak yang mungkin tidak senang dengan saya, mereka berusaha untuk menggagalkan atau menjadi penghalang atas setiap kebijakan. Intinya tokoh lawan adalah orang yang perannya tidak mendukung tokoh sentral. Namun kita tidak boleh takut karena ada juga tokoh lain yaitu tokoh kawan. Tokoh kawan adalah mereka yang berperan member dukungan kepada kita dalam melaksanakan kepemimpinan. Ada pula tokoh lain yaitu orang yang bertindak netral. Tokoh-tokoh atau karate-karakter seperti ini ada disekitar kita. Itulah sebabnya saya menyadari bahwa tangan yang tidak kelihatan itu dapat menolong saya dalam melaksanakan kepemimpinan. Prinsipnya: “Hidup ini harus menjadi berkat”

Salam visioner

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.