Dalam perayaan Natal 2018 pasti ada pembentukan tim Natal. Ada perayaan natal 2018, perayaan natal sekolah, perayaan natal keluarga, perayaan natal di gereja dan perayaan natal yang berhubungan dengan kelompok kerja di beberapa tempat kerja yang di dalamnya ada beberapa orang Kristen. Perayaan Natal itu ditambah meriah dengan Pohon Natal. Ada berbagai ukuran Natal yang bisa dipesan di toko online tetapi juga bisa dibuat sendiri.
Menyongsong Natal 2018, PGI dan KWI sepakat merumuskan tema Natal: "Yesus Kristus Hikmat bagi Kita" (I Kor. 1:30a) Untuk memahami ungkapan Paulus dengan kata "hikmat" maka kita berusaha membaca secara kualitatif filosofis makna kata "hikmat". Kata hikmat dalam literatur filsafat selalu diartikan kecintaan pada kebenaran. Jadi bicara hikmat berarti bicara "kebenaran". Dalam percakapan ilmiah tentang kebenaran, kebenaran selalu dihubungkan dengan teori-teori seperti: Koherensi, Korespondensi dan pragmatisme. Masih ada sejumlah teori tetapi umumnya di kalangan pencari kebenaran dalam tataran logi yang berpikir dan menghasilkan jawaban (Ilmu Pengetahuan) selalu memakai 3 teori kebenaran. Dengan pengetahuan yang benar, seseorang akan dituntun dalam berpikir dan bertindak yang benar. Orang yang tahu benar akan mampu bertindak benar. Orang yang belajar kebenaran matematika akan menyatakan bahwa 3x3 = 9, 1x3 = 3. Secara filosofisnya adalah kebenaran akan keteraturan atau keharmonisan.Cinta matematika berarti cinta keharmonisan. Bila ukuran sebuah ukuran menjadi salah maka hasilnya tidak harmonis. Jika ale tidak percaya silakan coba sendiri. Buat meja dengan ukuran kaki meja yang berdea-beda ukurannya. Hasilnya pasti dibayangkan, meja berdirinya tidak harmonis, timpang sebelah.
Apakah hikmat inikah yang dimaksud oleh Rasul Paulus dengan teks I Korintus 1:30a, saya kira belum selesai jawaban di atas. Kita mesti melangkah lagi pada jawaban teologis-multikultural. Jawaban ini kita kembangkan dengan melihat praktik ramalan yang terjadi di kota Korintus pada zaman rasul Paulus. Kita mencoba menghubungkannya dengan dewa "Apollo". Ada yang menjadi medium dari dewa ini. Para medium inilah yang memiliki kemampuan membaca masa depan orang yang datang meminta petunjuk pada para mediator (perantara) dewa Apollo.
Kepada orang-orang yang menjadi Kristen di kota Korintus, Paulus menyatakan bahwa kepercayaan kepada Yesus Kristus itu sudah menjadi jaminan untuk masa depan. Orang Kristen tidak perlu membaca masa depan pada orang-orang pintar seperti para perantara dewa Apollo pada zaman Perjanjian Baru, kepercayaan kepada Yesus Kristus itu memberi kepastian kepada kita bahwa masa depan kita berada, berjalan bersama-sama dengan Kristus. Di dalam Yesus orang-orang Kristen mampu membaca masa depannya. Tentang kehidupan di dunia yang akan datang, Yesus itu hikmat bagi kita. Yesus itu kebenaran bagi kita dalam berpikir dan bertindak.
Sebuah syair Kristen yang digubah atas Doa Yabes, syair itu menyatakan demikian: "Hidup ini adalah kesempatan ... Hidup ini harus jadi berkat. Jangan sia-siakan waktu yang Tuhan beri ...".
Apa yang kita simpulkan dari narasi singkat tentang tema natal 2018, bagi saya ada dua hal yang patut kita perhatikan dalam tema: Yesus Kristus hikmat kita, yaitu:
1. Pikiran orang Kristen mesti dilindungi dalam format berpikir yang sesuai dengan pikiran Yesus. Paulus menyebutnya dengan berpikir baik, melihat yang baik dan bertindak yang baik.
2. Bertindak dalam terang perbuatan Yesus Kristus yang adalah himat bagi kita.Yesus adalah hikmat bagi kita dalam bertindak atau melakukan sesuatu. Yesus Kristus adalah patron kita dalam berbuat baik. Melakukan sesuatu bagi diri sendiri dan bagi orang lain
Pada akhirnya sebagai orang Kristen mari kita berpikir dan bertindaklah dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus adalah kebanran. Amin.
Salam Natal 2018
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.