Berdasarkan definisi di atas, disiplin merupakan faktor pengikat belajar, yaitu merupakan kekuatan yang dapat memaksa seorang anak untuk mematuhi peraturan serta prosedur belajar yang telah disepakati dan telah ditentukan oleh orangtua dengan berpegang pada peraturan tersebut. Dalam konteks keluarga di mana anak berada dalam pengawasan orangtua sehingga disiplin dapat dipahami sebagai tindakan kepatuhan anak untuk menghormati dan melaksanakan suatu system yang mengharuskan anak untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku dalam keluarga. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan dan diberlakukan di keluarga.
Baca Juga: Perayaan Hari Raya Imlek 2019
sebagai bangsa yang multikultural kita perlu saling mempelajari hari raya keagamaan agar kita dapat membangun saling menghargai satu dengan yang lain
Selain definisi di atas, ada pula yang membahas definisi disiplin dari segi bahasa. Arti disiplin bila dilihat dari segi bahasanya adalah latihan ingatan dan watak untuk menciptakan pengawasan (kontrol diri), atau kebiasaan mematuhi ketentuan dan perintah. Jadi arti disiplin secara lengkap adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapa pun (Asy Mas’udi, 2000: 88).
Disiplin adalah kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan atau pengendalian. Disiplin bertujuan mengembangkan watak agar dapat mengendalikan diri, agar berprilaku tertib dan efisien” (Kadir, 1994: 80). Menurut Djamarah, disiplin adalah "Suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pridadi dan kelompok” (Djamarah, 2002: 12).
Disiplin mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Berkualitas atau tidaknya belajar siswa sangat dipengaruhi oleh faktor yang paling pokok yaitu kedisiplinan, disamping faktor lingkungan, keluarga, sekolah, serta bakat siswa itu sendiri. Dengan demikian peranan orangtua dalam mendisiplinkan anak memberikan dampak positif terhadap peningkatan prestasi belajar anak sebagai siswa di sekolah.
Jadi, yang dimaksud dengan disiplin orangtua terhadap anak untuk belajar adalah sikap penuh kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada dalam menjalankan tugasnya sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap anak untuk mau belajar.
Unsur Penting dalam Disiplin
1. Hukum/peraturan
Dalam konteks keluarga, setiap keluarga memiliki peraturan-peraturan yang berlaku dalam keluarga. Aturan-aturan itu mesti dipatuhi oleh anggota keluarga. Salah satu anggota keluarga yaitu anak. Anak wajib mengikuti aturan yang berlaku dalam rumah. Khususnya dalam konteks belajar, setiap keluarga memiliki aturan bagi anaknya untuk belajar. Ada aturan belajar pada malam hari, persiapan mengikuti ujian tengah semester maupun ujian akhir semester. Ada orangtua yang menentukan aturan jam belajar yang mesti diperhatikan anaknya. Hukum atau peraturan dalam rumah dalam hubungannya dengan belajar adalah orang tua membentuk disiplin belajar anak di rumah dengan peraturan seperti: membuat jadwal belajar; mengajak, mengontrol, dan mendampingi anak dalam belajar; mengikutkan tambahan belajar di luar rumah dan sebagainya. Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa perlu ada aturan di rumah tentang belajar anak. Anak tidak cukup hanya belajar di sekolah tetapi di rumahpun anak harus belajar. Di rumah orangtua memiliki peranan yang sangat besar dalam mendisiplinkan anak untuk belajar. Mendisiplinkan anak untuk belajar di rumah dapat dilakukan dengan cara sebagaimana yang disebutkan di atas. Intinya ada aturan di rumah tentang belajar anak. Anak diatur demikian rupa sehingga mendapat prestasi belajar yang baik.
Selain peraturan yang dijelaskan di atas, unsure disiplin tentang hokum atau aturan di rumah tentang belajar dapat dipahami dalam beberapa bentuk disiplin tentang belajar sebagai berikut.
Disiplin dalam menentukan dan menggunakan cara atau strategi belajar
Pokok ini lebih pada suasana di sekolah akan tetapi di dalam keluarga, orangtua dapat mendisiplinkan anak untuk belajar dengan menyesuaikan dengan cara belajar anak. Anak yang memiliki cara belajar yang efektip memungkinkan untuk mencapai hasil atau prestasi yang lebih tinggi dari pada anak yang tidak mempunyai cara belajar yang efektif.
Untuk belajar secara efektip dan efisien diperlukan kesadaran dan disiplin tinggi setiap anak. Belajar secara efektip dan efisien dapat dilakukan oleh anak yang berdisiplin. Anak yang memiliki disiplin dalam belajarnya akan berusaha mengatur dan menggunakan strategi dan cara belajar yang tepat baginya. Jadi langkah pertama yang perlu disadari dan dilakukan oleh orangtua adalah menolong anak agar agar dapdisukai. Misalnya anak yang lahir dan besar di kota-kota besar akan merasa memahami materi yang dipelajari apabila ia belajar sambil mendengar music, sedangkan anak yang lahir dan besar di kampong menginginkan belajar dalam suasana yang tenang, tidak ingin ada bunyi-bunyian yang dapat mengganggu konsntrasi belajar. Jadi kesadarn belajar itu penting. Kesadaran belajar akan membuat seorang anak menentukan strategi dan metode yang cocok dalam belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat yang menyatakan belajar akan lebih berhasil apabila kita memiliki : (1) Kesadaran atas tanggung jawab belajar, (2) Cara belajar yang efisien, (3) Syarat-syarat yang diperlukan (Oemar Hamalik, 2005: 1)
Demikianlah cara-cara belajar yang perlu diperhatikan oleh setiap siswa, karena dengan memiliki cara belajar yang baik akan membantu siswa dalam mencapai prestasi yang tinggi, dan cara tersebut dapat dilaksanakan dengan baik secara teratur setiap hari, apabila siswa memiliki sikap disiplin. Jadi siswa yang pada dirinya tertanam sikap disiplin akan selalu mencari dan menentukan cara belajar yang tepat baginya.
2. Mendisiplin Menggunakan waktu belajar
Disiplin terhadap pemanfaatan waktu dapat dibagi dalam beberapa bagian yakni:
a. Cara mengatur waktu belajar.
Salah satu bentuk disiplin yang dapat dilakukan orangtua terhadap anak sehingga anak dapat melakukan kegiatan belajar yaitu dengan cara mengatur waktu belajar. Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh anak adalah terdapat banyak keluhan yaitu kekuragan waktu untuk belajarnya, tetapi mereka sebenarnya kurang memiliki keteraturan dan disiplin untuk mempergunakan waktu secara efisien. Banyak waktu yang terbuang-buang disebabkan karna mengobrol omongan-omongan yang tidak habis-habisn. Sikap yang demikian itu harus ditinggalkan oleh anak karena yang demikian itu tidak bermanfaat baginya. Kemampuan mengatur waktu merupakan suatu keterampilan yang sangat penting, bahkan ada ahli keterampilan studi yang berpendapat bahwa ”keterampilan mengelola waktu dan menggunakan waktu secara efisien merupakan hal yang terpenting dalam masa studi maupun seluruh kehidupan siswa” (The Liang gie, 1995:167).
Hal yang sama ditegaskan oleh Harry Shaw yakni:
Learning to use time is a valuable skill, one that will play dividends not only in studying but all through life. In fact, the ability to use time efficiently may well be one of the most significant achiements of your entire life.
Artinya belajar menggunakan waktu merupakan suatu keterampilan perolehan yang berharga, keterampilan yang memberikan keuntungan-keuntungan tidak saja dalam studi, melainkan sepanjang hidup. Sesungguhnya, kemampuan menggunakan waktu secaara efisien dapat merupakan salah satu prestasi yang terpenting dari seluruh hidup anda (The Liang gie, 1995:167)
Orang-orang yang berhasil mencapai kesuksesan dalam hidupnya adalah orang-orang yang hidup teratur dan berdisiplin memanfaatkan waktunya. Dalam ajaran islam disiplin dalam pemanfaatan waktu sangat dianjurkan, disiplin bukan hanya dalam pemanfaatan waktu belajar saja, tetapi disiplin perlu juga dilakukan oleh setiap orang dalam setiap waktu dan kesempatan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan atau pamanfaatan waktu dangan baik menumbuhkan disiplin dalam mempergunakan waktu secara efisien.
b. Pengelompokan waktu.
Orangtua perlu mendisiplinkan anak dalam mengelompokkan waktu untuk belajar. Anak yang belajarnya kurang dapat memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya karena tidak membagi-bagi waktunya untuk macam-macam keperluan, oleh karna itu, berbagai segi dan teknik untuk mengatur pemakaian waktu perlu dipahami sebagai langkah untuk mengembangkan keterampilan mengelola waktu studi.
Beberapa pedoman pokok yang perlu dipahami dan kemudian diterapkan olah siswa adalah sebagai berikut :
1). Kelompokkanlah waktu sehari-hari untuk keperluan studi, makan, mandi, olah raga, dan urusan-urusan pribadi atau sosial 2). Selidiki dan tentukanlah waktu yang tersedia untuk studisetiap hari. 3). Setelah mengetahui waktu yang tersedia, setiap siswa handaknya merencanakan penggunaan waktu itu dengan jalan menetapkan macam-macam mata pelajaran berikut urutan-urutannya yang harus dipelajari setiap hari. 4). Setiap siswa perlu pula menyelidiki bilamana dirinya dapat belajar dengan hasil yang baik. 5). Mata-mata pelajaran yang akan dipalajari diurutkan dari yang tersukar sampai yang termudah. 6). Siswa hendaknya membiasakan diri untuk seketika mulai mengerjakan tugas-tugas yang berkorelasi dengan studi. 7). Berkaitan dengan pengembagan kesadaran waktu, setiap siswa hendaknya menyadari ke mana berlalunya dan untuk apa waktu 24 jam sehari (atau 168 jam seminggu, 720 jam sebulan, 8760 setahun) yang dimilikinya (The Liang gie , Ibid, 170)
. c. Penjatahan waktu belajar.
Setiap siswa perlu mengadakan prinsip belajar secara taratur.dan untuk belajar secara teratur setiap hari harus mempunyai rencana kerja. Agar siswa tidak bayak membuang waktu untuk memikirkan mata pelajaran yang akan dipekajari suatu saat dan apa yang harus dikerjakannya. Oleh karna itu agar siswa tidak dihinggapi keraguan-keraguan terhadap apa yang hendak dipelajarinya maka ia harus punya rencana kerja atau daftar waktu dalam belajar.
d. Disiplin terhadap tugas.
1. Mengerjakan tugas rumah
Ada beberapa petunjuk mengerjakan tugas dengan baik, baik itu berupa pekerjaan rumah atau latihan dari buku pegangan soal buatan sendiri, sebagai berikut :
a). Siapkan terlebih dahulu peralatan dan buku-buku yang diperlukan, misalnya buku catatanm buku pegangan, ringkasan, rumus-rumus, daftar-daftar yang lain, kertas, alat tulis, penggaris, jangka, penghapus dan lain-lain yang diperlukan.
b). Tentukan berapa lama waktunya anda akan mengerjakan tugas tersebut.
c). Bacalah petunjuk terlebih dahulu dengan baik-baik, jika soal itu bukan buatan sendiri.
d). Bacalah soalnya satu demi satu dari nomor satu sampai nomor terakhir.
e). Mulailah mengerjakan dengan memilih nomor yang paling mudah dulu, baru nomor yang lain dari nomor yang agak mudah sampai yang terahir.
f). Jika mengalami kesulitan dalam mengerjakannya, lihatlah catatan atau buku pegangan atau ringkasan untuk mendapatkan tuntunan.
g). Jika terpaksa tidak dapat mengerjakan lagi, catatlah soal itu dan di lain waktu mintalah petunjuk kepada orang lain, misalnya kepada kakak atau ayah, teman-teman atau kepada guru yang bersangkutan.
h). Sesudah semua soal dikerjakan, periksalah kembali semua nomor jawaban itu.
i). Koreksilah jawaban itu dengan memakai kunci atau melihat ke buku catatan atau pegangan.
k). Betulkan jawaban-jawaban yang salah.
m). Jika tugas itu harus dikumpulkan, salinlah dikertas yang baik dengan tulisan yang jelas dan rapi, jangan lupa menulis nama, kelas, mata pelajaran apa, dan hari atau tanggal berapa tugas itu diberikan atau dikumpulkannya.
n). Jika tugas itu sudah dikembalikan, periksa dan betulkan jawaban anda yang salah.
o). Jika tugas itu tidak dikumpulkan, salinlah jawaban yang sudah betul dan atau dikoreksi ke dalam buku latihan atau di kertas tersendiri untuk dipelajari lebih lanjut.
p). Jika anda menyalinnya ke dalam kertas sendiri, bendellah menjadi satu untuk tiap-tiap mata pelajaran kemudian dibukukan atau dimasukkan ke dalam map.
q). Simpanlah baik-baik pekerjaan itu, baik tugas dari guru muapun bukan.(Ibid, h. 89-89)
Manfaat Disiplin
Berdasarkan definisi tentang disiplin maka dapat dipahami bahwa disiplin memiliki beberapa manfaat bagi anak. Dengan demikian ada beberapa dampak positif dari disiplin terhadap anak yaitu:
1. Tidak menganggap remeh suatu pekerjaan
2. Tidak banyak juga mereka mengulur waktu
3. Mempunyai sikap tanggung jawab yang besar, dan lain sebagainya
Itulah beberapa dampak positif yang terdapat dalam pribadi anak yang mempunyai sikap disiplin yang besar, bagi anak” yang tidak sama sekali menerapkan sikap disiplin dalam dirinya akan sangat terganggu dalam kegiatan sehari”nya dalam hal akademik pun mungkin bisa dibilang mereka lemah. Ada beberapa dampak negatif yang terdapat dari pribadi yang tidak mempunyai rasa disiplin yang besar.
Berikut adalah beberapa dampak negatif bagi anak yang tidak mempunyai sikap disiplin : 1. Menganggap remeh suatu pekerjaan
2. Banyak mengulur waktu
3. Tidak sama sekali mempunyai rasa tanggung jawab yang besar, dan lain sebagainya.
Dalam hal menumbuhkan sikap disiplin dibutuhkan beberapa upaya dan dukungan, upaya yang harus dilakukan adalah mensupport diri sendiri, support dalam diri bisa mengalahkan rasa malas dan menumbuhkan sikap disiplin yang kuat, juga dukungan dari orang tua, teman sepergaulan , guru , dan lain sebagainya.
Dalam hal menumbuhkan rasa disiplin yang kuat dukungan orang tua itu perlu. Peran orang tua dalam hal seperti ini sangat dibutuhkan. Kalau dukungan orang tua bener dan tegas dapat menumbuhkan mental tegas anak sehingga menghasilkan sikap disiplin yang kuat. Ada sebagian keluarga yang mendisiplin anak untuk belajar dengan cara memukul. Bila anak tidak dipukul maka anak tidak akan mau belajar. Dengan kata lain masih banyak para orangtua yang menerapkan hukuman pukulan kepada anaknya agar anaknya mau berubah khususnya mau melakukan kegiatan belajar. Sering anak-anak menangis karena merasa sakit bagaimana menerima pukulan. Para orangtua memiliki paradigm lama yaitu bahwa inilah cara yang paling tepat untuk mendidiknya anak-anak yang malas melakukan suatu kegiatan di rumah Akan tetapi benarkan mendidik anak dengan pukulan akan membuat anak bertambah cerdas atau malah sebaliknya.
Asumsi orang tua sebagaimana yang dinyatakan di atas bertentangan dengan temuan seorang sosiolog yaitu Prof. Murray Straus. Straus menyatakan bahwa anak yang dididik dengan kekerasan akan membuat tingkat kecerdasan anak semakin rendah, bahkan bisa mempengaruhi IQ anak. Hal yang mungkin terjadi ketika tindakan kekerasan pada anak termasuk pemukulan anak akan mempengaruhi sisi emosionalnya. Boleh jadi anak akan menjadi rendah diri dan rasa sosialnya menurun dan anak cenderung berdiam diri. Sedangkan menurut Dr. Rahli Briggs dari New York mengungkapkan bahwa mendisiplinkan anak dengan cara kekerasan termasuk pemukulan di bagian tubuhnya maka anak akan merekam bahwa hal tersebut diperbolehkan dan merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan masalah.
Semoga bermanfaat
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.