Pages

Friday, May 24, 2019

Efektivitas Sumber-sumber Belajar

Belajar adalah pengalaman kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam istilah lain, belajar juga diartikan perubahan kognitif, afektif dan psikomotorik yang terjadi dalam diri peserta didik. Perubahan-perubahan dalam tiga ranah tersebut terjadi karena kegiatan belajar pada diri peserta didik. Untuk mendapatkan perubahan tersebut, diperlukan sejumlah sumber belajar. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang olehnya memberi informasi atau pesan yang membuat peserta didik mengalami apa yang disebut dengan pengalaman belajar. Sumber-sumber belajar tersebut berkontribusi terhadap peserta didik dalam hal belajar.

Kemudian efektivitas yang saya maksudkan dalam artikel ini yaitu tercapainya tujuan yang ada dalam belajar. Tujuan belajar itu meliputi tujuan kognitif, tujuan afekti dan tujuan psikomotorik. Dengan demikian sumber-sumber belajar yang dapat membuat peserta didik mengalami belajar, yaitu:






1. Orang (Guru, sesama peserta didik, orangtua dll)

Perubahan dalam diri peserta didik tidak hanya terjadi melalui proses belajar mengajar di sekolah tetapi juga di luar sekolah. DI sekolah, guru menjadi salah satu sumber belajar. Guru mengajar dan peserta didik mendapat pengetahuan, terbentuk ketrampilan dan perubahan karakter karena melihat contoh perbuatan baik dalam diri guru. Disini, guru telah menjadi sumber belajar bagi peserta didik dalam 3 ranah. Efektivitas sumber belajar ini tergantung pada kemampuan guru mengelola pembelajaran sehngga tercapai tujuan pembelajaran yang ia sampaikan.

2. Buku

Salah satu sumber belajar adalah buku, termasuk materi yang disampaikan guru. Materi guru dan dosen dapat dibuat dalam bentuk word, powerpoint, dikatat, bahan atau buku ajar ber-ISBN. Melalui material seperti ini peserta didik mendapat pengalaman belajar. Efektivitas sumber belajar dalam bentuk buku tentu tidak dapat dipungkiri. Dengan buku yang disusun berdasarkan materi pelajaran atau bahan kuliah yang baik maka peserta didik mengalami ketercapaian tujuan pembelajaran. Efektivitas ini diukur dari kemampuan guru memberi instruksi kepada peserta didik dalam membaca buku.

Melalui buku, peserta didik dapat belajar secara mandiri dan pengetahuan mereka dapat bertambah. Ada bahan-bahan yang disampaikan guru dan dosen di ruang belajar atau ruang kuliah, tetapi ada juga yang tidak, dengan demikian hal yang belum disampaikan guru dapat ditemukan peserta didik melalui membaca buku.






Buku sebagai sumber belajar mendorong guru dan dosen menulis buku dan diterbitkan oleh penerbit-penerbit buku yang berafiliasi dengan keanggotaan IKAPI. Salah satu syarat menulis buku dan dihitung kredit poin bagi guru dan dosen yaitu buku yang diterbitkan penerbit yang telah menjadi anggota ikapi. Bila guru dan dosen menulis buku ajar maka angka kreditnya sebanyak 20 per buku. Bila menulis buku referensi maka angka kreditnya sebesar 40.

Buku sembagaisalah satu sumber belajar belajar mendorong perlunya menulis buku, perlunya penerbit dan penjual buku (toko buku) baik toko buku konfensional (toko buku) yang memiliki gedung sendiri maupun toko buku online. Toko buku online memudahkan peserta didik, guru dan dosen membeli buku secara online.
Sekarang ada penjualan buku dengan diskon yang relatif besar. Dengan diskon ini, peserta didik, guru dan dosen serta orangtua dapat membeli buku dengan diskon yang relatif besar. Misalnya buku dengan diskon 70% dll.

3. Media online dan offline

Kemajuan internet dan situs (halaman-halaman website) dapat dipakai sebagai media untuk menyampaikan pesan yaitu bahan ajar guru dan dosen. Melalui bahan ajar yang dipublikasikan guru dan dosen di media online maka peserta didik dapat memperoleh pengetahuan secara baik. Efektivitasnya yaitu peserta didik dapat mengatur waktu untuk belajar mandiri melalui internet.

Saya sejak mengenal blog berusaha menulis bahan ajar di situs berupa blog dan website berbayar. Saya membeli hosting dan domain untuk dijadikan sebagai bagian dari tanggungjawab sebagai pendidik dalam menyediakan sumber belajar online. Banyak penawaran membuat website secara profesional, kita dapat membeli sebuah domain dan hosting dari jasa layanan pembuatan website yang ada di Indonesia.

Semoga bermanfaat

Wednesday, May 22, 2019

Efektivitas Computer Cambridge

Kurikulum cambridge akan terasa lebih mantap kalau ditopang dengan komputer cambridge. Komputer ini saya ketahui dari pixabay. Penampilannya sangat bagus, sangat tipis. Tentu efektif dibawa ke mana saja. Dalam Wikipedia disebutkan bahwa komputer Cambridge Z88 adalah komputer portabel dengan berat 0,9 kg (2 lb), dengan versi CMOS berdaya rendah dari mikroprosesor Zilog Z80 yang populer. Featur yang tersedia seperti 32 KiB RAM pseudo-statis internal dan 128 KiB ROM yang berisi sistem operasi (disebut OZ). Sedangkan memorinya dapat diperluas hingga 3,5 MiB RAM, yang isinya disimpan di seluruh sesi. Pada sisi yang lain, kapasitor terintegrasi mencegah Z88 kehilangan data selama waktu terbatas yang diperlukan untuk mengganti baterai.







Dalam komputer ini menggunakan keyboard membran, yang hampir diam digunakan; "klik" elektronik opsional dapat dihidupkan untuk menunjukkan penekanan tombol.


Komputer memang sangat efektif menopang kita dalam kegiatan mengajar dan kegiatan seperti membuat artikel dan memposting di blog. Membuat bahan ajar berbasis blogspot dan wordpress dan masih banyak lagi fungsi komputer. Komputer dengan bentuk seperti ini akan sangat efektif untuk pendidik yang memiliki mobilasasi pembelajaran online berbasis situs. Saya mencoba mencari rujukan tentang komputer ini namun belum ketemu. Namun komputer lainpun apat kita pakai untuk menopang efektivitas kegiatan kita. Syukur kalau ada komputer cambridge, dengan memiliki komputer cambridge maka efektivitas kekaryaan kita dapat terwujud secara baik.




Semoga bermanfaat

Salam

Mengenal Efektivitas Curriculum Cambridge Internasional (CCI)

Saya bukan pakar kurikulum tetapi pecinta teori kurikulum. Sebagai orang yang mencintai kurikulum, saya berusaha memaparkan dalam weblog ini dengan topik efektivitas CCI atau Curriculum Cambridge Internasional. Saya berusaha membahas CCI karena konteks pendidikan kita di Indonesia yang sudah mengalami beberapa kurikulum sampai pada Kurikulum 2013 yang dikenal dengan singkatan K13 dengan revisi seperti K13 Revisi 2018 yang diberlakukan di satuan pendidikan dasar, menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) dan kurikulum berbasis KKNI yang diperuntukkan untuk SMK dan di perguruan tinggi.



Selain kurikulum nasional yang disebutkan di atas, ada pula kurikulum dari negara tertentu yang dipakai di oleh beberapa sekolah di Indonesia. Salah satu kurikulum pendidikan dari negara lain (Inggris) yang dipakai oleh sekeolah-sekolah tertentu di Indonesia yaitu "Curriculum Cambridge Internasional (perubahan nama tahun 2017). Menurut sejumlah informasi yang saya dapatkan dari google, sekolah di Indonesia yang menggunakan kurikulum ini diperkirakan sebanyak 218 sekolah. Tentu jumlah sekolah ini boleh dibilang meningkat dari waktu-waktu sebelumnya yaitu 180 sekolah dalam selang waktu 2 Tahun. Jadi, ada peningkatan animo sekolah yang menggunakan kurikulum CCI.

Peningkatan pemanfaatan kurikulum CCI sebagaimana yang saya maksudkan di atas tentu berhubungan dengan minat orangtua dalam menyekolahkan anaknya pada sekolah-sekolah bermutu. Sekolah-sekolah bermutu atau yang sekolah bertaraf internasisonal tentu menggunakan kurikulum yang baik. Dengan demikian ada banyak kurikulum yang pasti dipilih dan dipakai oleh sekolah. Berdasarkan pemahaman demikian maka jelaslah bahwa salah satu unsur efektivitas kurikulum adalah terwujudnya hasil belajar dalam diri anak atau peserta didik yang mengalami kualitas belajar dengan kurikulum yang berkualitas pula. Kurikulum yang berkualitas dilaksanakan oleh guru-guru maupun dosen yang berkualitas.

Dari sisi epistemology, kurikulum Cambridge Internasiosnal dibagi dalam beberapa kelompok jenjang belajar. Jenanjang ini disebut dengan Cambridge Pathway, yaitu:
1. Cambridge Primary. Kelompok ini diperuntukkan untuk peserta didik dengan usia 5-11 tahun
2. Cambridge Lower Secondary. Kelompok ini diperuntukkan untuk peserta didik usia 11-14 tahun
3. Cambridge Upper Secondary. Kelompok belajar usia 14-16 tahun
4. Cambridge advanced. Kelompok yang diperuntukkan untuk peserta didik usia 16-19 tahun.

Kemudian efektivitas kurikulum Cambridge Internasional dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Sekolah yang menggunakan Kurikulum Cambridge International selalu menciptakan peluang kepada peserta didik untuk memilih subyek pelajaran yang paling diminati peserta didik.
2. Pilihan demikian akan membuat peserta didik dapat memfokuskan perhatian dan kemampuannya semakin terasah.





Penerapan kurikulum CCI tentu tidak secara gampang dilakukan di sekolah. Penerapan ini membutuhkan guru-guru yang profesional dalam melaksanakan kurikulum ini. Tentu peluang terbesar ada pada sekolah swasta, sedangkan sekolah negeri dengan kurikulum 2013 dan KKNI yang ditetapkan oleh pemerintah RI. Kurikulum hanyalah alat. Namun alat juga ikut menentukan bagaimana membentuk peserta didik menjadi pribadi yang berkualitas sebagai generasi penerus bangsa.

Semoga bermanfaat

Efektivitas Kurikulum IB dan Kurikulum 2013 serta Kurikulum Berbasis KKNI

Pendidikan yang diselenggarakan di tingkat satuan pendidikan seperti SD, SMP dan SMA/SMK diumpakan sebagai sebuah ladang/tempat benih ditanam disiram dan tumbuh dan menghasilkan buah. Dalam konteks pendidikan, sekolah sebagai tempat membentuk peserta didik mengalami pengalaman belajar yang memampukan mereka dalam melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi maupun ke pasar kerja (tempat kerja). Proses ini dimulai dengan sebuah perencanaan besar yang kita sebut dengan kurikulum. Kurikulum merupakan pengalaman anak yang menjadi tanggungjawab sekolah. Pengalaman itu berupa adanya tujuan, materi, proses dan evaluasi ketercapaian tujuan tersebut.

Dalam proses pembelajaran di sekolah yang ada di Indonesia, kita kenal ada beberapa kurikulum, yaitu kurikulum 2013 atau K13, Kurikulum IB, dan kurikulum berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia). Kurikulum KKNI dipakai di SMK dan di Perguruan Tinggi. Selain itu ada juga perguruan tinggi yang menggunakan kurikulum IB. Lalu apa efektivitas dari tiga kurikulum tersebut dalam diri peserta didik.
Ketiga kurikulum ini diberlakukan dalam satu ladang yang kita sebut dengan ladang atau tempat atau sekolah.



Kurkulum 2013 dipakai secara nasional di satuan sekolah dasar, menengah pertama, menengah atas. Sedangkan KKNI dipakai di 2 ladang edukasi yaitu di satuan pendidikan dan perguruan tinggi. Satuan pendidikan yaitu kurikulum KKNI diterapkan di SMK. Mengapa demikian? Karena mereka dipersiapkan untuk pasar kerja, berbeda dengan peserta didik yang ada di SMA, mereka harus melanjutkan lagi ke Perguruan Tinggi dan setelah menyelesaikan pendidikan tinggi maka mereka dapat bekerja sesuai bidang profesinya. Sedangkan kurikulum KKNI diipakai di SMK dan Perguruan Tinggi karena mereka akan menjadi pekerja di lapangan kerja yang ada di masyarakat atau mereka sebagai penipta pekerjaan.

Efektivitas Kurikulum Sekolah Model IB

Hari ini saya mendapat informasi tentang kurikulum sekolah IB. Saya menjadi penasaran dengan informasi ini. Saya kemudian mencarinya di google, dan saya menemukan bahwa IB adalah singkatan dari "International Baccalaureate"atau kurikulum IB. Dalam kurikulum IB dikembangkan empat program pendidikan formal. Keempat program pendidikan formal tersebut yakni:
1. IB Primary Years Programme, disingkat PYP. Kurikulum ini dirancang untuk peserta belajar usia 3-12 tahun
2. IB Middle Years Programme, disingkat PYP. Kurikulum ini dirancang untuk peserta belajar usia 11-14 tahun
3. IB Diploma Programme, disingkat DP. Kurikulum ini dirancang untuk peserta belajar usia 15-18 tahun
4. IB Career-Related Programme, disingkat CP. Kurikulum ini dirancang untuk peserta belajar usia 15-18 tahun
Bila kita mencari tambahan informasi, kita akan menemukan bahwa kurikulum IB sebenarnya dipakai oleh sebuah Yayasan Pendidikan dengan nama International Baccalaureate, kantor pusatnya ada di Swiss, perkembangannya meluas ke berbagai negara seperti:
(a). Amerika Serikat
(b). Asia Pasifik
(c). Eropa
(d). Afrika
(e). Timur Tengah



Di Indonesia, kurikulum IB telah dipakai oleh 52 sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sekolah-sekolah yang menggunakan kurikulum IB dapat menerapkan satu atau beberapa program dari kurikulum IB seperti yang disebutkan di atas (lihat 1- 4). Untuk menerapkan kurikulum IB, disyaratkan harus memiliki sertifikat, sekolah yang tidak memiliki sertifikat kurikulum IB dari Yayasan International Baccalaureate (dapat izin dari Yayasan IB) tidak dapat menyelenggarakan kurikulum IB.

Perlu kita ketahui bahwa Sertifikat program IB Diploma Programme (DP) telah diakui oleh 2.192 perguruan tinggi berbentuk universitas di seluruh dunia, CP ini dipakai untuk penerimaan mahasiswa baru. Lalu dimana efektivitasnya. Efektivitas kurikulum sekolah model IB atau efektivitas kurikulum IB terletak pada mutu dokumen dan pelaksanaan dokumen kurikulum IB. Bayangkan saja, untuk melakukan kurikulum IB di sebuah sekolah maka sekolah tersebut harus mendapat izin dari Yayasan Pendidikan IB. Dengan demikian kurikulum ini tidak secara mudah untuk dipergunakan karena harus ada izin. Untuk mendapat izin, pasti sekolah mengikuti pelatihan-pelatihan yang memungkinkan untuk melaksanakan kurikulum IB di sebuah sekolah.
Jadi, menurut saya secara pribadi, efektivitas kurikulum IB terletak pada perhatian khusus, yaitu:

1. Pengalaman belajar yang terarah pada usia peserta belajar usia 3-12 tahun
2. Pengalaman belajar yang terarah pada usia belajar 11-14 tahun
3. Pengalaman belajar yang terarah pada usia 15-18 tahun
4. Pengalaman belajar yang terarah pada usia belajar usia 15-18 tahun
5. Efektivitas pada belajar konsep. Artinya penekanan kurikulum IB lebih menekankan pada pemahaman konsep. Kurikulum IB menekankan proses evaluasi pada pemberian tugas dan kelompok serta kemampuan peserta didik mempresentasikan ide. Sedangkan kurikulum nasional yang kita miliki, pada pelaksanaan evaluasi terhadap peserta didik pada pekerjaan rumah (PR) dan ulangan

Empat efektivitas yang saya sebutkan di atas merupakan kesimpulan pribadi, dan pasti sangat berbeda dengan mereka atau katakanlah guru-guru dan dosen serta sekolah dan kampus yang telah menyelenggarakan kurikulum IB. Tentu pelaksanaan kurikulum IB harus mendapat izin resmi dari yayasan IB. Kita bisa mengadakan pengamatan di beberapa sekolah di Indonesia yang menggunakan kurikulum IB, sekolah yang saya maksud antara lain:
Sekolah-sekolah yang menyelenggarakan kurikulum IB di Indonesia, yaitu:



Propinsi Sumatra Utara, kita kenal ada sekolah Singapore School, Medan Sumatra Utara, Sekolah Global Indo-Asia Batam, Global Jaya School, Bintaro, Stella Maris, Serpong, ACG School Jakarta, ACS Jakarta, Binus School Simprug, Sekolah Pelita Harapan, SD Penabur Banda, Bandung, Sekolah Ciputra, Surabaya, Bali Island School, Denpasar, Gandhi Memorial International School Denpasar, Sekolah Yayasan Pendidikan Jayawijaya, Timika

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/International_Baccalaureate#Sekolah_IB_di_Indonesia

Monday, May 20, 2019

Efektivitas Membuat Buku Ajar

Para guru dan dosen dituntut untuk memiliki buku ajar atau bahan ajar. Buku ajar yang disusun guru dan dosen tentu bermanfaat bagi dosen dan mahasiswa dalam keberlangsungan proses pembelajaran. Proses pembelajaran berlangsung dalam instruksi yang jelas. Instruksi tersbut dapat dituangkan dalam buku ajar. Selain itu, buku ajar sangat penting bagi seorang guru dan dosen. Seorang guru maupun dosen yang memiliki buku ajar sendiri tentu sangat berguna bagi guru/dosen dan siswa dan para mahasiswa. Salah satu fungsi buku ajar bagi guru dan dosen yakni perhitungan angka kredit (PAK).
Guru dan dosen yang rajin membuat buku ajar punya peluang mendapat kredit point tertenggi. Dengan kredit tersebut dapat digunakan untuk proses pembelajaran.





Pengertian Buku Ajar

Beberapa pendapat tentang buku ajar

1. Suharjono menyatakan bahwa buku ajar adalah buku yang dipakai oleh warga pembelajar (guru dan peserta didik) sebagai buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang menjadi buku standar yang ditulis oleh mereka yang memiliki keahlian dalam bidang yan ditulis, mereka menulis berdasarkan tujuan instruksional dan beberapa kelengkapan yang memudahkan orang memahami apa yang disampaikan dalam buku tersebut

2. Dalam situs Kemenristek Dikti, buku ajar diartikan sebagai buku pegangan untuk suatu mata kuliah yang ditulis dan disusun oleh pakar bidang terkait dan memenuhi kaidah buku teks serta diterbitkan secara resmi dan disebar luaskan. (Pedoman PAK Dosen 2009)

3. Menurut Hall-Quest dalam Tarigan (1986:11), yang dimaksud dengan buku ajar adalah rekaman pemikiran rasial yang disusun untuk maksud-maksud dan tujuan instruksional.
4. Menurut Lange dalam Tarigan (1986:11), buku ajar adalah buku standar atau buku setiap cabang khusus studi dan terdiri dari dua tipe yaitu buku pokok atau utama dan suplemen atau tambahan.

5. Menurut Bacon dalam Tarigan (1986:11), buku ajar adalah buku yang dirancang buat penggunaan di kelas, dengan cermat disusun dan disiapkan oleh para pakar atau ahli dalam bidang itu dan dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi.

Efektivitas Buku Ajar
1. Menolong guru mencapai tujuan instruksional pembelajaran
2. Mengontrol kegiatan mengajar pendidik
3. Menjadi pegangan guru dan peserta didik
4. Menolong peserta didik dalam belajar mandiri
5. Meningkatkan kredit point pendidik