Friday, July 20, 2018

Efektivitas 10 variabel dalam Materi Pendidikan Karakter

Efektivitas 10 variabel dalam Materi Pendidikan Karakter
Dalam mencari materi Pendidikan Karakter untuk kemudian direkonstruksi atau dibangun kembali sebuah materi untuk Pendidikan Karakter maka beberapa variabel berikut ini perlu dipertimbngkan dalam rangka merekonstruksi Materi Pendidikan Karakter
Menurut Berkowitz, Battistich, dan Bier (2008:442) dalam Daryanto dan Suryatri Darmiatum (2013:65), materi ajar untuk Pendidikan Karakter dapat dibangun berdasarkan variable-variabel berikut ini.

1. Perilaku seksual
2. Pengetahuan tentang karakter
3. Pemahaman tentang moral social
4. Ketrampilan pemecahan masalah
5. Kompetensi emosional
6. Hubungan dengan orang lain
7. Perasaan keterikatan dengan sekolah
8. Prestasi akademis
9. Kompetensi berkomunikasi
10.Sikap kepada guru
Nilai-nilai Pembentukan Karakter
Karakter Bangsa Indonesia
(1) Jujur
(2) Berani
(3) Amanah
(4) Adil
(5) Bijaksana
(6) Tanggungjawab
(7) Disiplin
(8) Mandiri
(9) Malu
(10) Kasih sayang
(11) Indah
(12) Toleran
(13) Cinta Bangsa (Kewargaan)

Efektivitas 18 Nilai Pendidikan Karakter

Efektivitas 18 Nilai Pendidikan Karakter
Dalam kurikulum yang dipakai di Indonesia, salah satu yang diwajibkan menjadi pengalaman belajar peserta didik adalah terbentuknya karakter bangsa dalam diri peserta didik. Oleh karena itu kita menemukan dalam literatur Pendidikan Karakter yang mengemukakan pendidikan karakter. Seperti apa 18 nilai Pendidikan Karakter Bangsa yang diharapkan terbentuk dalam diri peserta didik. Mari kita ikuti dalam artikel singkat berikut ini.

18 nilai pendidikan karakter



Ada 18 nilai pendidikan karakter yang bersumber dari: agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu:

1. Religius

Seperti apa deskripsi tentang nilai karakter yang berhubungan dengan religius. Nilai religius disini yaitu sikap dan perilaku dalam melaksanakan ajarag agama yang dianut peserta didik, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Inilah sikap atau karakter pertama dari kehidupan peserta didik sebagai anak bangsa Indonesia.

2. Jujur

Mengapa jujur ini menjadi bagian dari pembentukan karakter peserta didik? Karena tidak lingkup kehidupan yang tidak membutuhkan orang yang bersikap jujur. Itulah sebabnya peserta didik harus dibentuk melalui pendidikan, khususnya pendidikan formal agar terbentuk sikap jujur dalam diri peserta didik. Jujur secara arti kamus diberi arti: lurus hati, tidak berbohong, tidak curang. Jujur berarti benar, benar berarti jujur. Orang jujur akan mengaatakan ya atas ya dan tidak di atas tidak. Orang jujur berkata benar, menyampaikan informasi yang benar/memberi kabar sesuai kenyataan yang diketahui dari subjek.(bnd. Haedar Nasir, 2013:71). Jadi, sikap jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan peserta didik pribadi yang dapat dipercayai dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.Bila tidak dibentuk sikap kejujuran maka peserta didik akan melakukan praktik yang tidak terpuji ketika berada dalam sebuah pekerjaan. Misalnya menangani proyek, tanda tangan bon kosong, menambah anggaran. Dalam dunia pendidikan, misalnya tidak melakukan plagiat, menyontek dll.

3. Toleransi

Mengapa toleransi ini penting karena kita di Indonesia berada dalam kemajemukan. Kemajemukan seperti agama. Ada agama-agama yang diakui oleh Negara di Indonesia. Dalam keragaman ini kita mesti membentuk dalam diri sebuah sikap toleransi. Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya (Daryanto, Suryatri Darmiatun, 2013:70)



4. Disiplin

Disiplin berarti ketaatan atau kepatuhan pada aturan. Berdisiplin harus datang dari diri sendiri dan bukan karena orang lain seperti takut atasan dll. Ini disiplin tidak murni. Kita menaati aturan-aturan yang ada karena kesadaran diri sendiri bukan karena takut ada orang lain. Jadi seorang harus menaati aturan berdasarkan kesadaran dirinya sendiri. Mental disiplin tidak boleh bergantung pada pengawasan dari atas, misalnya di satuan sekolah, ada kepala sekolah. Maaf tidak bermaksud menggurui, para guru tidak disiplin karena takut kontrol/pengawasan kepala sekolah. Bila kepala sekolah tidak ada di sekolah maka disiplinpun menjadi luntur. Demikian pula peserta didik, mereka diajar agar disiplin itu berdasasrkan kesadaran diri, bukan karena kontrol guru. Sebab jika demikian maka kita menghasilkan generasi yang sama, disiplinnya tidak murni. Peserta didik disiplin karena ada guru dan kepala sekolah. Di Perguruan Tinggi pun demikian. Jadi, disiplin adalah kesadaran menaati aturan secara murni, yaitu datang dari dalam dirinya. Pada jam mengajar, mengajar sesuai waktu. Pada jam kantor tidak dipakai untuk bermain game dll.

5. Kerja keras

Pembentukan karakter pada diri peserta didik dengan karakter kerja keras perlu ditanamkan pada waktu mengerjakan tugas-tugas. Tugas harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Bila ada hambatan, peserta didik dimotivasi untuk berusaha mengatasi masalah dalam mengerjakan tugas maupun masalah belajar. Peserta didik harus dinasehati agar menyelesaikan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya. Jadi, kerja keras adalah usaha membentuk karakter peserta didik agar mengembangkan semangat kesungguhan dalam mengerjakan sebuah pekerjaan.

6. Kreatif

Peserta didik adalah manusia ciptaan TUHAN. Mereka memiliki kemampuan dalam dirinya. Misalnya kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir bila dimaksimalkan secara baik maka akan menghasilkan hal-hal yang kreatif. Berpikir kreatif dan berusaha mewujudkannya. Peserta didik dimotivasi bahwa ada kemampuan dalam dirinya yaitu potensi berpikir. TUHAN menciptakan langit dan bumi melalui firman-Nya. TUHAN juga telah menciptakan manusia dengan kemampuan akal. Oleh karena itu bila pikiran manusia digunakan secara kreatif maka akan menghasilkan sesuatu yang baru. Dalam kurikulum 2013, ditekankan tentang kompetensi dan karakter. Kreatif adalah kemandirian berpikir untuk menciptakan sesuatu yang baru.

7. Mandiri

Sikap ini yaitu sikap tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. ANak dilatih atau dibentuk secara dini akan kemampuan mandiri. Mereka adalah entrepreneur-entrepreneur masa depan bangsa.

8. Demokratis

Karakter demokratis dapat dibentuk melalui cara berpikir. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menerima perbedaan dalam berpikir terhadap sesuatu dan menyatakan pendapatnya. Pendapatnya juga mesti dihargai. Demokrasi juga dalam hal bersikap, dan bertindak. Semua punya hak dan kewajiban.

9. Rasa ingin tahu

Rasa ingin tahu adalah hal yang manusiawi. Peserta didik ingin mengetahui sesutu lebih dalam dan lebih luas dari apa yang dipelajarinya. Keinginan seperti itu mesti dikembangkan dalam proses pembelajaran. Rasa ingin tahu mendorong mereka bertanya, rasa ingin tahu mendorong mereka bertanya. Sikap ini sikap yang baik. Oleh karena itu guru mesti mengelola rasa ingin tahu anak menjadi sebuah sikap yang terpuji.

10. Semangat Kebangsaan

Semangat kebangsaan itu seperti: cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Sikap seperti ini mesti terbentuk dalam diri peserta didik.Sebagai anak bangsa wajib memiliki sikap semangat kebangsaan.

11.Cinta tanah air

Anak diajar untuk kesetiaan, kepeduliaan, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, politik bangsa.

12.Menghargai prestasi

Peserta didik didorong untuk menghasilkan sesuatu bagi bangsa dan menghormati keberhasilan orang lain.

13.Bersahabat/Komunikatif

Anak diajar untuk senang bergaul, senang berbicara, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai
Anaka dibentuk untuk memiliki, sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang, dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar membaca

Budayakan kegemaran membaca buku. Karena membaca adalah jendela informasi. Membaca buku-buku yang berguna bagi kebajikan dirinya.

16. Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya dan mengembangkan tindakan perbaikan atas kerusakan alam yang sudah terjadi

17. Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang peduli dalam memberi bantuan sosial pada orang atau masyarakat yang membutuhkannya

18.Tanggung Jawab

Tanggungjawab yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya ia lakukan untuk diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam, sosial, budaya serta negara dan terlebih kepada Tuhan.

Salam

Yonas Muanley

Thursday, July 19, 2018

Efektivitas 7 Alasan Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013

 Efektivitas 7 Alasan Pendidikan Karakter dalam Kurikulum  2013
Angka 7 adalah angka kesempurnaan, angka 7 adalah angka kesukaan pemain bola terkenal dunia seperti Ronaldo dan pemain lain yang suka memakai nomor punggung 7. Dalam kurikulum 2013 ada angka 7 yang dikenakan pada 7 Alasan Pendidikan Karakter. Dalam konteks tema blog ini maka diplot temanya menjadi: Efektivitas 7 alasan Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013. Oleh karena itu, 7 alasan ini penting diketahui oleh Anda, khususnya Guru dari satuan Pendidikan SD sampai SMA/SMK. Teeori ini dihubungkan dengan nama orang Barat berikut ini.

Menurut Lickona dalam Daryanto dan Suryatri Darmiatum (2013:64), ada 7 alasan pentingnya pendidikan karakter, yaitu: 1. Pendidikan karakter merupakan cara terbaik untuk menjamin anak-anak (peserta didik) memiliki kepribadian yang baik dalam kehidupannya
2. Pendidikan karakter merupakan cara untuk meningkatkan prestasi akademik
3. Sebagaian peserta didik tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya di tempat lain
4. Pendidikan karakter merupakan cara terbaik dalam mempersiapkan peserta didik untuk menghormati pihak atau orang lain dan dapat hidup dalam masyarakat yang beragam
5. Pendidikan karakter didasarkan pada fakta terjadinya problema moral social, seperti ketidak sopanan, ketidak jujuran, kekerasan, pelanggaran kegiatan seksual, dan etos kerja (belajar) yang rendah
6. Pendidikan karakter merupakan persiapan terbaik untuk menyongsong perilaku di tempat kerja
7. Pendidikan karakter merupakan peluang mengajarkan nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kerja peradaban

Berlanjut

Efektivitas Kompetensi dan Karakter dalam Kurikulum 2013

Efektivitas Kompetensi dan Karakter dalam Kurikulum 2013
Membahas efektivitas tentu menjadi sebuah kesenangan tersendiri, apalagi pembahasan itu dibutuhkan pembaca. Paling tidak ketika mencari menemukan. Itulah prinsip yang menyenangkan dalam memposting tulisan di blog efektivitas. Kali ini blog efektivitas memposting materi yang dibutuhkan pada satuan pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan. Sekarang kita bahas efektivitas kompetensi dan karakter dalam kurikulum 2013.

1. Efektivitas Kompetensi dalam kurikulum 2013 Edisi Revisi


Apa yang dimaksud dengan Kompetensi dalam kurikulum 2013 dan kompetensi apa saja yang dimaksud. Dalam beberapa literature yang membahas kurikulum 2013, misalnya yang ditulis oleh Daryanto dan Herry Sudjendro, mengutip pengertian kompetensi sebagaimana yang ada dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2019 Nomor 41, kompetensi adalah seperangkat sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh Peserta Didik setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran, menamatkan suatu program, atau menyelesaikan satuan pendidikan tertentu (Daryanto dan Herry Sudjendro, 2014:56)



Dalam kurikulum 2013, hanya dicantumkan apa yang disebut dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Sedangkan Standar Kompetensi tidak muncul, entah kemana perginya. Yan anti ada jawabannya. Dalam literature yang membahas teori yang sama yaitu K2013, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dijelaskan sebagai berikut. Kompetensi Inti. Kompetensi inti merupakan terjemahan Standar Kompetensi Lulusan lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik pada jenjang satuan pendidikan atau yang telah menyelesaikan pada satuan pendidikan tertentu (Daryanto dan Herry Sudjendro, 2014:112). Kompetensi inti bukan untuk diajarkan, tetapi untuk dibentuk melalui berbagai tahapan proses pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang relevan. Setiap mata pelajaran harus mengacu pada pencapaian dan perwujudan kompetensi inti yang telah dirumuskan. Berdasarkan penjelasan ini jelas bahwa setiap mata pelajaran harus mengacu pada rumusan pembentukan kompetensi inti (E.Mulyasa, 2013:174)

Menurut Mulyasa, Kompetensi inti berperan sebagai integrator horizontal antar mata pelajaran. Kompetensi inti adalah bebas dari mata pelajaran karena tidakmewakili mata pelajaran tertentu. Kompetensi inti merupakan kebutuhan kompetensi peserta didik, sedangkan mata pelajaran adalah pasokan kompetensi dasar yang harus dipahami dan dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran yang tepat menjadi kompetensi inti. (E.Mulyasa, 2013:174)

Mulyasa juga menyatakan bahwa Kompetensi inti merupakan pengikat kompetensi-kompetensi yang harus dihasilkan melalui pembelajaran dalam setiap mata pelajaran sehingga berperan sebagai integrator horizontal antar mata pelajaran. (E.Mulyasa, 2013:174) Kompetensi inti merupakan operasionalisasi Standar Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, yang menggambarkan kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, ketrampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hand skills dan soft skills. Kompetensi inti berfungsi sebagai unsure pengorganisasi kompetensi dasar (E.Mulyasa, 2013:174)

2. Efektivitas Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013


Dalam membahas pendidikan karakter, salah satu pertanyaan yang muncul yaitu: Apakah karakter itu bawaan atau pembentukan? Bila karakter adalah bawaan maka ada kesulitan membentuk sebuah karakter unggul dalam diri seseorang. Namun bila dikatakan bahwa karakter adalam pengaruh luar atau pembentukan kebiasaan yang baik maka pendidikan karakter tentu berhasil
Sekarang mari kita perhatikan beberapa pendekatan pendidikan karakter berikut ini:
Pendekatan Pendidikan Karakter
1. Keteladanan
2. Pembelajaran
3. Pemberdayaan dan Pembudayaan
4. Penguatan
5. Penilaian

Pendidikan bukan sekedar berfungsi sebagai media untuk mengembangkan kemampuan semata, melainkan juga berfungsi untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat. Oleh karena itu pendidikan watak (karaker) tidak bisa ditinggalkan (Daryanto dan Suryatri Darmiatum (2013:65)
Jika Pendidikan Karakter di selenggarakan di sekolah maka konselor sekolah menjadi pioneer dan sekaligus menjadi coordinator program tersebut. Dikatakan demikian karena konselor sekolah memiliki tugas khusus untuk membantu peserta didik untuk mengembangkan kepedulian sekolah dan masalah-masalah kesehatan mental (Daryanto dan Suryatri Darmiatum (2013:66).

Bersambung

Tuesday, July 17, 2018

Efektivitas Rumusan Visi Terhadap Dinamika Kerja

Efektivitas Rumusan Visi Terhadap Dinamika Kerja
Apa itu efektivitas rumusan visi dan dinamika kerja? Bagaimana efektivitas rumusan visi itu terhadap roh kerja setiap orang dalam lebaga, khususnya lembaga pendidikan. Mari simak artikel ini.
Ada banyak arti yang tentang visi. Namun dari beragam definisi visi, saya ingin mengemukakan sebuah definisi visi, yaitu visi adalah kemampuan menggambarkan masa depan yang hendak dicapai, atau bisa juga secara sederhana visi adalah cita-cita ideal yang hendak diwujudkan. Visi itu sesuatu yang didepan, yang didepan itu ditarik ke masa kini yang diwujudkan dalam misi. Berangkat dari arti visi secara sederhana ini, kita mengerti bahwa visi itu demikian penting dalam kehidupan pribadi maupun kelompok. Secara pribadi setiap orang punya visi, anak punya visi, ayah dan ibu punya visi, keluarga punya visi, lembaga kerja punya visi, organisasi swasta dan pemerintah juga punya visi. KArena demikian penting visi itu maka lazimnya setiap lembaga/organisasi punya visi dan visi itu dirumuskan dalam kata-kata yang dapat diukur pencapaiannya. Memahami dan mengalami betapa pentingnya visi tersebut, saya menulis artikel ini. Saya menulis karena sebagai seorang pemimpin di sebuah organisasi pendidikan. Sejak saya dipercayakan menjadi pemimpin, saya kedepankan visi. Visi lembaga, saya tetapkan sebagai semangat kerja. Saya selalu katakan mari kita bekerja berdasarkan visi, saya meaksanakan kepemimpinan berdasarkan visi, staf melaksanakan aktivitas kantor berdasarkan visi. Visi itu harus menjadi roh/dinamika kerja kita. Jangan bekerja seperti air mengalir/kerja rutinitas tetapi kerja berdasarkan visi. Itulah sebabnya rumusan visi yang menginspirasi itu sangat penting untuk dilakukan. Visi demikian membutuhkan gaya filosofis, kreatif dan inovatif. Semua berpadu dalam membuat rumusan visi. Setalah itu misi. Namun saya fokus dulu pada visi.


John C. Maxwell (2009) menguinpirasi kita dengan pernyataan inspiratif yang nampak dalam judul bukunya "Berani Bermimpi dan Mewujudkannya". Pada Bab I, Maxwell merumuskan sebuah pernyataan inspiratif yaitu: Berkomitmen pada impian sejati Anda. Carilah apa yang Anda inginkan dan kejarlah itu, seolah-olah hidup Anda bergantung padanya.Ini bagian dari Bab I dari IX Bab yang disampaikan dalam judul buku John C. Maxwel. Anda bisa dapatkan di toko buku, misalnya fi TB Immanuel. Mungkin dalam artikel mendatang saya fokus pada 9 Bab buku maxwel. Tentu dalam bentuk resensi. Sekarang kita jadikan satu bab pertama dari buku maxwel untuk membahas efektivitas visi terhadap dinamika kerja. Untuk pokok ini saya bagi menjadi beberapa bagian kerja.
1. Kerja Pemimimpin dalam Kepemimpinan Lembaga Pendidikan
2. Kerja staf/karyawan
3. Kerja dosen
4. Kerja guru
5. Kerja kepala sekolah SD
6. Kerja kepala sekolah SMA
7. Kerja kepala sekolah SMK
8. Kerja pemimpin Sekolah Tinggi
9. Kerja pemimpin Institut
10. Kerja pemimpin univeristas
Semua bernuansa Pendidikan. Mengapa demikian karena penulisnya juga berasal dari dunia pendidikan. Oleh karena itu kita bahas dinamika kerja dalam dunia Pendidikan. Ada satuan Pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia. Bila kita kelompokkan dari segi pulau maka:

1. Pulau Sumatera dan beberapa kepulauannya
2. Pulau Jawa dan Madura
3. Pulau Sulawesi
4. Pulau Kalimantan
5. Pulau-pulau Maluku (Ambon)
6. Pulau Papua
7. Pulau Bali (Wisata Dunia)
8. Pulau-pulau di wilayah Nusa Tenggara Barat
9. Pulau Tomor dan beberapa pulau dalam wilayan NTT

Setiap pulau-pulau yang disebutkan di atas pasti memiliki satuan pendidikan. Setiap satuan pendidikan membutuhkan pemimpin, staf/karyawan dan diatas kerja di arahkan pada visi. Itulah sebabnya rumusan visi itu sangat berpengaruh bagi pemimpin, bawahan dan seluruh civitas dalam kerja di lingkup satuan pendidikan.

Jadi rumusan Visi itu sangat penting. Rumusan visi menjadi sesuatu yang sangat penting karena rumusan tersebut akan memdorong atau menginspirasi setiap pribadi dalam sebuah lembaga, atau sebagai dinamika penggerak warga lembaga. Jika ada visi maka visi tersebut akan menggerakan setiap orang yang bekerja dalam lembaga tersebut.

Dalam artikel ini saya ambil contoh visi beberapa universitas dan guru-guru besar di berbagai universitas di Indonesia.

Visi Dewan Guru Besar UI:

"Mewujudkan Universitas Indonesia yang unggul dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan sebagai solusi masalah nasional dan global".


Dalam visi ini nampak apa cita-cita dari Dewan Guru Besar UI, yaitu mereka berkarya mewujudkan universitas Indonesia yang unggul dalam bidang :
Ilmu Pengetahuan,
Teknologi
Kebudayaan
Sebagai solusi masalah nasional dan global

Visi Alumni UI: "Membangun kemitraan Strategis melalui pengembangan Karir Alumni dan peningkatan Dana Abadi UI".


Harap dicek kebenaran informasi dalam blog ini dengan situs resmi UI. Maksud saya yaitu saya hanya mengambil dari situs jadi pembaca blog sebaiknya jadikan info ini sebagai info pengantar ke info sebenarnya yang tentu di peroleh dari bertanya langsung atau melalui website UI. Saya hanya karena senang dengan rumusan visi ini maka saya cantumkan sebagai contoh visi yang menginspirasi.

Univeristas Negeri Yogyakarta:

"Menjadi universitas kependidikan unggul, kreatif, dan inovatif berlandaskan ketaqwaan, kemandirian dan kecendekiaan pada tahun 2025"


Visi ini visi yang terukur, yaitu akan terpenuhi pada tahun 2025. Bila kita merumuskan Visi yang didalamnya dicantumkan waktu pencapaian maka visi itu akan mendorong pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinan sesuai dengan target dalam visi, kemudian visi ini mendorong atau memberi semangat kerja kepada para dosen dan staf serta karyawan. Disini kita belajar rumusan visi dari UI, UNY dan UNPAD.

Selain visi di atas, secara pribadi saya sangat menyukai rumusan visi UNPAD:

”Menjadi Universitas Unggul dalam Penyelenggaraan Pendidikan Kelas Dunia Tahun 2026”. Visi UNPAD



Rumusan-rumusan visi tersebut di atas memiliki daya pengaruh bagi komunitas yang bersangkutan, bahkan bagi masyarakat pengguna. Visi itu menjadi daya tarik untuk mempengaruhi para orangtua mengizinkan atau mengirimkan anak-anaknya studi di kampus tersebut.

Semoga bermanfaat
Catatan: Bila visi beberapa universitas yang dicantumkan di atas menyalahi aturan maka saya akan menghapusnya. Saya hanya menyalin dari situs universitas yang bersangkutan. alamat situs saya cantumkan.

Sunday, July 15, 2018

Efektivitas Guru Komunikatif

Efektivitas Guru Komunikatif
Guru tidak dapat menghindari komunikasi. Komunikasi menjadi sedemikian penting dalam diri guru dan dalam pekerjaannya sebagai seorang pendidik profesional. Komunikasi berikut ini dapat dicermati untuk diimplementasiskan dalam gaya komunikasi guru yang berhasil menolong peserta didik dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran dalam konteks implementasi kurikulum 2013 dan kurikulum berbasis KKNI yang digunakan di perguruan tinggi.
Beberapa gaya komunikasi.

Theo Riyanto (2015) menyebutkan beberapa gaya komunikasi antara lain:

1. Gaya dominan
2. Gaya dramatik
3. Gaya berdebat
4. Gaya animasi
5. Gaya yang mengesankan
6. Gaya relaks
7. Gaya penuh perhatian
8. Gaya terbuka
9. Gaya keramahan
10. Gaya bicara singkat padat

Gaya komunikasi di atas sifatnya umum. Artinya bisa digunakan secara umum maupun oleh individu-individu sebagai pendidik. Namun Theo Riyanto mengungkapkan gaya komunikasi secara khusus untuk guru dan dosen:
1. Ramah/bersahabat
2. Singkat/padat
3. Penuh perhatian
4. Hidup dan animatif
5. Relaks
6. Dramatik

Berdasarkan gaya-gaya komunikasi di atas, gaya komunikasi mana yang efektif bagi guru dan dosen agar secara efektif mengelola proses pembelajaran.Terlebih pembelajaran dalam satuan pendidikan di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK)menggunakan kurikulum 2013 yang berorientasi pada kompetensi dan karakter dengan model pembelajaran berbasis peserta didik. Pembelajaran berbasis pada peserta didik menempatkan guru sebagai fasilitator, motivator dan peran lain yang relevan dengan pembelajaran berbasis peserta didik.

Bila kita mencermati roh (baca: semangat Kurikulum 2013) yang berbasis pada peserta didik maka kita dapat memilih gaya komunikasi yang cocok untuk kegiatan pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik. Sebelum saya menyelesaikan artikel ini tentang macam-macam gaya komunikasi yang dikemukakan Theo Riyanto, saya ingin membuat kuis bagi pembaca.

Kuis Efektivitas Guru Komunikatif



1. Gaya komunikasi dramatik sangat efektif bagi guru dalam mengelola pembelajaran berbasis peserta didik (Ya Tidak)
2. Gaya komunikasi Gaya yang mengesankan sangat efektif bagi guru dalam mengelola pembelajaran berbasis peserta didik
3. Gaya komunikasi berdebat sangat efektif bagi guru dalam mengelola pembelajaran berbasis peserta didik (Ya Tidak)
4. Gaya komunikasi animasi sangat efektif bagi guru dalam mengelola pembelajaran berbasis peserta didik (Ya Tidak)
5. Gaya komunikasi dramatik sangat efektif bagi guru dalam mengelola pembelajaran berbasis peserta didik (Ya Tidak)
6. Gaya komunikasi relaks sangat efektif bagi guru dalam mengelola pembelajaran berbasis peserta didik (Ya Tidak)
7. Gaya komunikasi penuh perhatian sangat efektif bagi guru dalam mengelola pembelajaran berbasis peserta didik (Ya Tidak)
8. Gaya komunikasi terbuka sangat efektif bagi guru dalam mengelola pembelajaran berbasis peserta didik (Ya Tidak)
9. Gaya komunikasi keramahan sangat efektif bagi guru dalam mengelola pembelajaran berbasis peserta didik (Ya Tidak)
10. Gaya komunikasi bicara singkat/padat sangat efektif bagi guru dalam mengelola pembelajaran berbasis peserta didik (Ya Tidak)
11. Gaya komunikasi Ramah/bersahabat sangat efektif bagi guru dalam mengelola pembelajaran berbasis peserta didik (Ya Tidak)
12. Gaya komunikasi Hidup dan animatif sangat efektif bagi guru dalam mengelola pembelajaran berbasis peserta didik (Ya Tidak)


Jawaban Anda tentu menunjukkan pengalaman dan perenungan filosofis Anda tentang pembelajaran berbasis peserta didik.

Sampai disini dulu, berlanjut pada postingan berikut.

Salam

Wednesday, July 11, 2018

Memilih dan kuliah secara efektif di Universitas Pilihan

Memilih dan kuliah secara efektif di Universitas Pilihan
Ada banyak universitas di Indonesia yang dapat Anda pilih dan mewujudkan kuliah secara efektif. Universitas itu bisa universitas Negeri mapun swasta. Beberapa hari ini saya mendapat informasi via email tentang promosi kampus. Salah satunya yaitu:

1. Universsitas Al Azhar.

Setelah saya mengunjungi situs universitas ini, saya mendapat informasi bahwa Kampus UAI menyelenggarana kuliah dengan metode "Blended Learning." Sebuah kuliah yang mengkombinasikan tatap muka (kuliah di kelas) dan online. Bila berminat silakan mendaftar.

Status Kampus atau Akreditasi UAI
Saya dapat informasi yang dikirim/promosi via email. Silakan Anda ke situs Resmi dan daftar serta kuliah secara efektif di UAI.

Silakan kunjungi melalui link: UAI

Info universitas lain menyusul

Salam