Thursday, January 24, 2019

Moko 7 Anak panah

ad300
Advertisement
Cerita kali ini saya ambil dari daerah Alor, alor terkenal dengan penghasilan kenari, teluk yang sangat estetis namanya teluk kabola, ketika kita memasuki pulau Alor, mulai dari pulau Tereweng, mendekati pulau pantar dan pura dan memasuki teluk kalabahi, kita pasti disambut ikan lumba-lumba. Ini menjadi ciri khas, yaitu setiap kapal atau perahu motor yang memasuki teluk ini pasti disamping atau di depan akan ada ikan paus yang sepertinya mengantar kita sampai di pelabuhan Kalabahi, ikan-ikan tersebut kemudian menghilan. Di Alor pantai dengan pasir putih dan juga laut yang begitu jernih dan mempesona seerta mutiara yang dipelihaara di teluk mutiara, Semua menambah keindahan Alor. Dapat berkunjung juga ke kampung adat Takpla yang sering dikunjungi wisatawan dosmetik dan luar negeri.

Sekaran blog teori Efektif kali ini memposting artikel bernuansa adat ketimuran, yaitu di sebuah pulau di Nusa Tenggara Timur. Pulau yang dimaksud yaitu pulau Alor. Di Alor, praktik adat sudah mentradisi dan terkenal dengan adat belis perempuan. Artinya setiap laki-laki yang hendak menikah, harus mempersiapkan diri untuk mengikuti adat yang didalamnya ada pelaksanaan mahar kawain yang disebut dengan belis. Untuk belis,ada macam-macam alat belis seperti moko. Para orangtua atau pihak perempuan yang hendak dilamar oleh orangtua laki harus mempersiapkan moko yang menjadi belis wanita pujaan seorang anak laki-laki dewasa. Deretan moko tertinggi dalam biasanya pada status kelas sosial yang dianggap kelas menengah ke atas. Salah satu moko yang memiliki peringkaat tertinggi yakni moko pung, malaitana dan moko tujuh anak panah. Selain itu di kampung yang bertetangga dengan kampung Mazmur, namanya Mampir, di kampung ini ada satu keluarga yang memiliki pusaka yang diwariskan, warisannya dalam bentuk satu set gong yang dapat dipakai dalam acara-acara penting seperti pesta adat dll. Gong yang saya maksudkan itu terdiri atas 2 gong besar, 2 gong ukuran sedang, dan dua gong lagi berukuran kecl. Dua gong yang terakhir ini dibunyikan dengan cara memukul pakai kayu yang dipotong dengan ukuran 1 jengkal setengah. Bila dipukul gong kecil ini maka akan menghasilkan bunyi yang nyaring, semetara gong besar dan sedang dapat dibunyikan dengan cara membuat pemukul gong dengan pemukul gong yang terbuat khusus, yaitu pada ujung kkaju pemukul gong sudah dibalut dengan kain kemudian diikat dengan tali yang tentu dibuat juga dari kain. Hal ini dimaksudkan agar gong tidak pecah atau retak ketika dipukul berulang-ulang.

Baru-baru ini saya ke pasir panjang, saya menemukan keponankan saya memiliki moko yang disebut moko tujuh anak panah. Bila diuangkan maka harganya pada kisaran 30 sampai 40 juta. Memang tidak semua keluarga melakukan ini, hanya beberapa keluarga yang masih mempertaankan belis dengan menggunakan moko.

Di Alor Timur misalnya, beberapa marga sangat setua berpegang pada pelaskanaan adat yaitu belis dengan menggunakan moko sebagai mas kawain. Proses melaksanakan adat inipun sedikit ribet. Saya punya moko yang diwariskan oleh orangtua. Moko yang disiapkan ini biasanya digunakan oleh anak laki-laki untuk menggunakan sebagai belis terhadap gadis yang menjadi pasangan hidupnya.


Dalam pelaksanaan adat belis, ada yang bertugas sebagai jubir. Seorang jubir harus pandai bicara dalam nuansa adat. Bila ia salah bicara maka akan menjadi kendala dalam proses belis. Jadi, adat belis adalah warisan budaya. Tidak banyak moko, itulah sebabnya orangtua yang punya anak laki-laki harus mempersiapkan diri untuk mencari moko agar dapat digunakan anak laki-laki ketika melamar calonnya.

Dalam keluarga, saya memiliki 9 bersaudara dan dari 9 bersaudara hanya 2 laki-laki. Itu berarti orangtua harus mempersiapkan 2 moko atau paling tidak satu moko. Nanti moko berikutnya akan diperoleh pada acara belis. Pihak laki-laki memberi moko, pihak perempuan memberi pada, kain adat dan sejumlah hewan yang diperlukan dalam sebuah pesta adat yang berlaku di daerah saya.

Saya sendiri tidak membelis isteri saya karena isteri saya bukan orang sedaerah tetapi dari daerah lain. dengan demikian hanya abang saya yang menggunakan moko dalam melamar calonnya sedangkan saya tidak. Saya hanya melalui acara yang sifatnya nasional. Seperti yang kita kenal kini. Ya tentu saya melaksanakan pernikahan dengan cara yang tidak seperti yang terjadi dalam upacara adat yang saya kenal di daerah saya.

Moko juga kadang menjadi wisata bagi pengunjung. di Alor ada tempat khusus untuk moko dan Gong serta beberapa alat budaya yang lain. Seperti keponakan saya tinggal di Kupang, ia kemudian membeli moko di Alor, ia membawanya ke Kupang dengan menggunakan kapal laut atau bisa juga melalui penerbangan Kupang-Alaor, Alor-Kupang. Beberapa tempat wisata di alor selain moko dan gong, seperti pantai pasir putih di tanjung Margeta, batu bulat hitam di pantai, batu topi di Mademang, air panas di Besbarang Pantar dll.

Salam



Share This
Previous Post
Next Post

Pellentesque vitae lectus in mauris sollicitudin ornare sit amet eget ligula. Donec pharetra, arcu eu consectetur semper, est nulla sodales risus, vel efficitur orci justo quis tellus. Phasellus sit amet est pharetra

0 comments:

Note: Only a member of this blog may post a comment.