Monday, July 30, 2018

Efektivitas Mengajar dengan Hati

ad300
Advertisement
Apa itu efektivitas mengajar dengan hati?

Hari ini saya berusaha menulis sebuah artikel tentang mengajar dengan hati. Tadinya saya berpikir untuk menggunakan kata mendidik karena saya anggap mengajar adalam dalam lingkup mendidik. Dengan kata lain mengajar adalah bagian dari mendidik. Memberi contoh dan keteladanan hidup juga adalah mendidik. Namun yang umumnya terjadi yaitu “mengajar”. Maksudnya guru atau dosen sering melakukan kegiatan mengajar tanpa bayaran yang seimbang dengan kegiatan mengajar. Biasanya hal ini terjadi pada sekolah-sekolah yang dikelola secara orang per orangan. Namun ada pula sekolah-sekolah swasta yang membayar guru atau dosen dengan honor mengajar yang fantastis. Ada honor bulanan untuk para guru, sementara untuk para dose nada perhitungan uang sks, uang transport PP, tunjangan keahlian dan lain-lain. Namun ada pula satuan pendidikan dan juga perguruan tinggi yang dikelola oleh swasta seperti oleh yayasan kadang mengalami kesulitan mendapat dana operasional untuk membayar dosen. Saya pernah mengajar di salah satu sekolah tinggi swasta dengan bayaran 1 sks 15.000,00. Pada waktu itu saya dibebankan untuk mengajar 2 mata kuliah, total 4 sks. Jadi, bila saya hitung maka sekali mengajar dalam 1 hari, saya dapat bayaran Rp 60.000,00. Lalu bila dikalkulasikan dengan pengeluaran saya maka saya nombok. Saya menggunakan transportasi ke tempat mengajar dengan menggunakan kenderaan umum. Untuk sampai ke lokasi kampus, saya harus menggunakan ojek ke tempat kenderaan umum dengan sekali perjalanan Rp 7.000. Lalu mengguanakan kenderaan umum sebanyak 3 kali dengan jumlah yang harus saya keluarkan Rp 12.000,00, setelah turun dari kenderaan yang keempat, saya menggunakan ojek ke kampus dengan biaya Rp 7.000,00 dengan jalan yang cukup becek. Ini baru sekali perjalanan. Biaya makan di kampus Rp 20.000,00 (paling kecil). Jadi bila saya hitung maka honor mengajar tidak cukup untuk transportasi, apalagi untuk kebutuhan di rumah.

Saya menyadari bahwa hal di atas terjadi karena mahasiswa yang kuliah mayoritas disponsori. Maksud disponsori disini yaitu Yayasan menanggung biaya makan dan minum serta biaya kuliah. Jadi memang bebannya berat. Menyadari akan hal itu saya jalani kegiatan mengajar dengan apa yang disebut dalam judul artikel di atas, yaitu: “Mengajara dengan hati”.
Berdasarkan pengalaman di atas, saya hendak mendefinisikan apa itu mengajar dengan hati. Mengajar dengan hati adalah niat hati dalam mengambil sikap ideal yaitu memberi pengajaran tanpa menuntut imbalan (pahlawan tanpa tanda jasa). Bila ada honor yang diberi walaupun tidak cukup diterima dengan senang hati.

Kemudian kita juga mesti menyadari bahwa guru atau pendidik yang bekerja dalam satuan pendidikan tertentu termasuk perguruan tinggi mesti menyadari beberapa kesulitan yang mungkin dialami oleh yayasan yang menaungi sekolah tersebut. Ada kalanya terjadi kesulitan keuangan. Maka salah satu factor mengapa guru/dosen mesti mengajar dengan hati karena adanya kesulitan dana. Para orangtua juga mengalami kesulitan dalam mencari biaya sekolah maupun biaya kuliah untuk anaknya. Itulah sebabnya perlu dikembangkan praktik “mengajar dengan hati”. Kadang ada yang mengalami honor diputihkan. Artinya karena kekurangan dana maka honor bulan yang sudah berlalu tidak dibayar dan dianggap pengabdian.

Jadi efektivitas mengajar dengan hati terletak pada kesungguhan hati. Kesungguhan hati ini menjadi daya dorong yang paling efektif menolong guru dan dosen yang berada dalam lingkup sekolah yang mengalami keterbatasan dana atau kesulitan dana. Mengajar dilakukan sebagai sikap ideal yaitu menjadi pahlawan tanpa tanda jasa/tanpa pamrih

Semoga artikel ini menginspirasi rekan-rekan yang sedang mengalami pengalaman yang pernah saya alami.
Share This
Previous Post
Next Post

Pellentesque vitae lectus in mauris sollicitudin ornare sit amet eget ligula. Donec pharetra, arcu eu consectetur semper, est nulla sodales risus, vel efficitur orci justo quis tellus. Phasellus sit amet est pharetra

0 comments:

Note: Only a member of this blog may post a comment.