Sunday, July 22, 2018

Efektivitas Teknik dan Bentuk Instrumen Penilaian Sikap Model Kurikulum 2013

ad300
Advertisement
Efektivitas pembelajaran juga dalam sisi yang lain berhubungan dengan Teknik dan Bentuk Instrumen Penilaian Model Kurikulum 2013. Kehadiran instrument penilaian berbasis kurikulum 2013 adalah upaya terstruktur edukatif untuk memberdayakan dan menilai ketercapaian rancangan dan pelaksanaan pendidikan baik melalui pengajaran maupun oleh kecakapan sikap yang dilaksanakan dalam jenjang pendidikan seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan. Upaya ini patut diapresiasi dan didukung penuh agar tercapai pendidikan sebagaimana yang dirancang dalam desain kurikulum seperti dalam kurikulum 2013 dan Kurikulum Bebasis KKNI. Namun yang terakhir ini berlaku khusus di Perguruan Tinggi, yaitu mulai pendidikan Akademi, Sekolah Tinggi, Institut dan universitas yang ada di wilayah Republik Indonesia.
Kurikulum 2013 bukan hanya dilaksanakan di sekolah Negeri yang ada di seluruh Indonesia seperti di Indonesia Bagian Barat, Indonesia Bagian Tengah dan Indonesia Bagian Timur. Kurikulum 2013 juga diimplementasikan di sekolah yang dikelola oleh masyarakat. Bila semangat dalam kurikulum 2013 dipahami dan dilaksanakan secara baik maka dalam masa-masa mendatang tercipta generasi Indonesia yang unggul dalam kompetensi yang siap bersaing dengan tamatan dari negara manapun dan memiliki karakteristik unggul yang menopang pelaksanaan kompetensi di berbagai bidang sesuai dengan pilihan masing-masing.
Dalam konteks itu, artikel berikut penulis berusaha menjelaskan beberapa hal yang berkorelasi dengan kurikulum 2013, yaitu pada ranah Komptensi Sikap (karakter).

1. Pengertian dan Manfaat Penilaian Kompetensi Sikap



a. Pengertian Penilaian Kompetensi Sikap

Kurikulum 2013 disebut sebagai kurikulum berbasis kompetensi dan karakter. Efektivitasnya terletak pada kesuksesan melaksanakannya di satuan pendidikan. Untuk mencapai efektivitas tersebut dibuatlah instrumen penilaian. Dalam hal ini intrumen dibuat utuk mengukur atau menilaian pencapaian pada kompetensi khususnya pada kompetensi sikap maka dibuatlah apa yang disebut : Penilaian Pencapaian Kompetensi Sikap. Selanjutnya yang dimaksud dengan Penilaian Pencapaian Kompetensi Sikap adalah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang dan diwujudkan dalam perilaku.Dalam konteks pembelajaran yang dilakukan di satuan pendidikan seperti di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), maka yang dimaksud dengan penilaian kompetensi sikap adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur sikap peserta didik sebagai hasil dari suatu program pembelajaran.

b. Manfaat Penilaian Sikap

Adapun manfaat penilaian sikap yang diadakan di satuan pendidikan tertentu yaitu sebagai refleksi atau cerminan pemahaman dan kemajuan sikap peserta didik secara individual.
Dalam kurikulum 2013, kompetensi sikap dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Sikap Spiritual
2. Sikap Sosial

Sikap Spiritual peserta didik pada satuan pendidikan diartikan sebagai terbentuknya sikap yang berhubungan dengan iman dan ketakwaan yang dianut oleh peserta didik. Dengan kata lain perilaku yang berhubungan dengan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sedangkan sikap social adalah terbentuknya sikap unggul dalam diri peserta didik seperti beraklak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggungjawab.
Kompetensi Sikap pada satuan pendidikan yang lebih tinggi dari Sekolah Menengah Pertama (SMP), yaitu SMA/SMK maka Kompetensi Sikap mengacu pada: Kompetensi Inti (KI) 1, Kompetensi Inti (KI) 2. Penjabarannya yaitu: KI-1 yaitu sikap menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut oleh peserta didik. Sedangkan KI-2 adalah sikap peserta didik dalam hal menghayati dan mengamalkan perilaku seperti: jujur, disiplin, tanggungjawab, gotongroyong/peduli, kerja sama, toleran, damai, santun, responsive dan pro-aktif.


Perumusan Indikator disertai contohnya



Dalam penilaian kompetensi sikap perlu ditetapkan indikaor. Penetapan indicator ini penting karena dari indicator dijadikan sebagai acuan penilaian sikap peserta didik. Jika tidak ada indicator maka guru akan menilai sesuka hati. Jadi harus ada system penilaian kompetensi sikap. salah satu system yaitu penetapan indkator. Indikator yang ditentukan harus dapat diukur. Bila bisa diukur maka dapat dikatakan indicator sebagai tanda ketercapaian suatu kompetensi. Bila kita hubungkan dengan penilaian sikap terhadap peserta didik maka indicator penilaian kompetensi sikap dimaknai sebagai tanda-tanda yang ditampilkan dalam diri peserta didik. Tanda-tanda itu dapat diamati oleh guru sebagai representasi dari sikap yang dinilai (band Imas Kurniawan dan Berlin Sani, 2016:32).

Contoh-contoh kompetensi Sikap

1. Sikap Spiritual

Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut
Indikator:

Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu
Melaksanakan ibadah tepat waktu
Memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang dianut
Mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri
Mengucapsyukur ketika berhasil melakukan sesuatu
Berserah diri kepada Tuhan
Menjaga lingkungan hidup disekitar rumah tempat tinggal, sekolah, masyarakat
Memelihara hubungan baik dengan sesama
Dst. (band Imas Kurniawan dan Berlin Sani, 2016:32)

2. Sikap Sosial

21. Sikap Jujur

Indikator sikap jujur. Sikap jujur adalah perilaku dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan (integritas), dan pekerjaan. Indikatornya, yaitu: tidak menyontek dalam mengerjakan ujian ataupun ulangan, tidak menjadi plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber), mengungkapkan perasaan apa adanya, menyerahkan kepada yang berwewenang barang yang ditemukan. dst (band Imas Kurniawan dan Berlin Sani, 2016:32)

2.2. Sikap Disiplin

Sikap disiplin adalah tindakan peserta didik atau siapa saja yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan dengan indicator: datang tepat waktu, patuh pada tata tertib atau aturan bersama seperti di sekolah, kumpulkan tugas sesuai waktu yang disepakati, mengikuti kaidah berbahasa tulis yang baik dan benar (Ibid., 35).

2.3. Sikap Tanggungjawab

Sikap tanggungjawab diartikan sebagai sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan dengan indicator: melaksanakan tugas pribadi dengan baik, menerima resiko dari tindakan yang dilakukan, dst. (Ibid., 36)

2.4. Sikap Toleransi
Sikap Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan dengan indicator: tidak mengganngu teman yang berbeda pendapat, menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapatnya, dapat menerima kekurangan orang lain, dapat memaafkan kesalahan orang lain (mengampuni orang yang bersalah padanya), mampu dan mau bekerja sama dengan siapapun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan, tidak memaksakan pendapat atau keyakinan diri pada orang lain, kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik, terbuka terhadap atau kesediaan untuk menerima sesuatu yang baru. (band Imas Kurniawan dan Berlin Sani, 2016:37)

2.5. Sikap Gotongroyong

Sikap gotongroyong adalah sikap bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara iklas dengan indicator: terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah, kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, bersedia membantu orang lain tanpa mengharap imbalan, aktif dalam kerja kelompok, memusatkan perhatian pada tujuan kelompok, mendorong orang lain untuk bekerja sama demi mencapai tujuan bersama dst (lihat Imas Kurniawan dan Berlin Sani, 2016:38)

2.6. Sikap Santun/Sopan

Sikap santun atau sopan adalah sikap baik dalam pergaulan baik dalam berbahasa maupun bertingkah laku dengan indicator: menghormati orang yang lebih tua. Misalnya di Bus Way yang muda member tempat duduk kepada yang tua, di sekolah bersikap santun dan sopan kepada guru dan teman-teman, tidak meludah di sembarangan tempat, membuang ingus di sembarang tempat, tidak menyela pembicaraan pada waktu yang tidak tepat, mengucapkan terimakasih setelah menerima bantuan orang lain, bersikap salam, senyum, sapa (Bersikap 3S), meminta izin ketika memasuki ruang lain atau menggunakan baran milik orang lain, memperlakukan orang lain sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan.(Imas Kurniawan dan Berlin Sani, 2016:39)

2.7. Percaya diri

Sikap percaya diri adalah sikap kondisi mental atau psikologis seseorang yang memberi keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak dengan indikaator: berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu, mampu membuat keputusan dengan cepat, tidak muda putus asa, tidak canggung dalam bertindak, brani presentasi di depan kelas, berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan. (Imas Kurniawan dan Berlin Sani, 2016:39)
Menurut Kurniawan dan Sani, bila kita hendak membuat teknik dan bentuk instrument maka ada beberapa opsi yang bisa digunakan oleh guru, yaitu:

1. Melakukan observasi



Observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan secara continue dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan instrument yang berisi sejumlah indicator perilaku yang diamati. Observasi langsung dilakukan guru sedangkan obeservasi tidak langsung dilakukan oleh orang lain seperti: guru lain, orangtua, peserta didik, dan karyawan sekolah.
Secara arti kamus, observsi diartikan peninjauan secara cermat. Tentu observasi dilakukan oleh individu tertentu yang hendak mendapatkan informasi tertentu dengan cara melakukan tinjauan secara cermat terhadap objek yang diobservasi. Data yang diperoleh dari observasi dapat berupa data yang objektif tetapi juga serempak dengan itu ia bersifat subjektif. Dikatakan subjektif karena tuturan observasi menggunakan interpresi dan dituangkan dalam bentuk tulisan atau penyampaian lisan. Jadi, observasi kegiatan pada keadaan,objek atau peristiwa yang akan di teliti dan dituangkan dalam bentuk tulisan maupun lisan mengandung dua unsure, objektif dan subjektif. Dalam observasi seluruh indra pelaku observasi ikut terlibat di dalamnya. Observasi tidak menggunakan mata saja, tetapi mendengarkan, mendengar, dan meraba termaksud bagian dari observasi. observer adalah sebutan untuk orang yang melakukan observasi, sedangkan kelompok orang yang diobservasi disebut objek pengamatan.

2. Penilaian Antarpesrta didik



Penilaian antar peserta didik diartikan sebagai teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan ketercapaian kompetensi dengan instrument daftar cek dan skala penilaian dengan teknik sosiometri berbasis kelas. Guru dapat menggunakan salah satu atau kedua-duanya.

3. Jurnal



Jurnal adalah catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku
Bila guru menggunakan Jurnal untuk menilai Kompetensi Sikap maka perlu memperhatikan beberapa criteria jurnal penilaian sikap berikut ini

(1) Jurnal kompetensi sikap harus mampu mengukur pencapaian kompetensi sikap yang penting
(2) Jurnal kompetensi sikap harus sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator (3) Jurnal kompetensi sikap harus menggunakan format yang sederhana dan mudah diisi/digunakan
(4) Jurnal kompetensi sikap harus dapat dibuat rekapitulasi tampilan sikap peserta didik secara kronologis
(5) Jurnal kompetensi sikap harus memungkinkan untuk dilakukannya pencatatan yang sistematis, jelas dan komunikatif
(6) Jurnal kompetensi sikap harus Format pencatatan memudahkan dalam pemaknaan terhadap tampilan sikap peserta didik
(7) Jurnal kompetensi sikap harus Menuntun guru untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan peserta didik

Setelah menulis artikel ini, saya mendapatkan info empiris terkini (2018) tentang contoh jurnal anakku yang masuk di SMP Negeri 287. Dalam Jurnal itu ada beberapa komponen yang wajib diisi oleh peserta didik (anak saya). Komponen yang dimaksud:

Cover depan Jurnal tertulis, buku monitoring Literasi Sekolah Peserta Didik SMP Negeri 287 Jakarta Kemudian info selanjutnya.
Nama : ...........................................
Kelas : ..........................................
Kelas : ..........................................
Halaman Jurnal Membaca Harian, disediakan 6 kolom, yaitu:
Kolom 1 berisi Hari/Tanggal
Kolom 2 berisi Judul dan Pengarang
Kolom 3 Halaman yang dibaca
Kolom 4 Hari ke berapa
Kolom 5 Paraf Guru
Kolom 6 Paraf orangtua

Pada halaman lain tersedia Jurnal Tanggapan Buku
Instruksi
1. Judul 2. Hari/tanggal 3. Pengarang Setelah itu terdapat keterangan: Apa yang kamu sukai/tidak sukai pada cerita ini? Hal baru apa yang kamu ketahui melalui cerita ini.
Lalu ada kolom untuk tanda tangan wali kelas dan diperiksa oleh
Semoga bermanfaat
Kemudian pada tahap berikutnya ada Peta cerita:
1. Judul buku
2. Tokoh cerita
3. Latar Cerita
dst. Inilah Jurnal terkini dari salah satu SMP Negeri yang ada di wilayah bilangan Jakarta Timur.
Visi SMP Negeri 287 JAKARTA, yaitu:

"UNGGUL DALAM MUTU, BER-AKLAK MULIA DAN KOMPETITIF."



Anak saya yang pertama juga selesai dari sekolah ini, demikian juga anak kedua, kini anak bungsu masuk ke SMP Negeri 287 dengan Visi yang sangat terukur. Saya sangat senang membaca dari Jurnal yang dibagikan kepada anak saya.
Selain itu misi dari SMP Negeri 287 juga sangat bagus.
Misalnya point pertama dari Misi SMPN 287, yaitu:
1. Meningkatkan nilai rata-rata setiap pelajaran minimal 75
2. Menjadikan S5 (senyum, salam, sapa, sopan, santun)
3 dan seterusnya sampai point 7 (lihat Jurnal SMPN 287)

Visi dan misi ini pasti menggerakkan/mempengaruhi/menyemangati kepala sekolah dan para guru. Saya mendengar kepala sekolah dan para guru menyambut setiap peserta didik di depan pintu gerbang.
Ini sesuatu yang luar biasa. Sebagai orangtua anak murid SMP Negeri 287 Jakarta saya bangga anak saya dapat diterima di sekolah ini yang mengusung visi dan misi yang sangat berkualitas.

Yonas Muanley
Share This
Previous Post
Next Post

Pellentesque vitae lectus in mauris sollicitudin ornare sit amet eget ligula. Donec pharetra, arcu eu consectetur semper, est nulla sodales risus, vel efficitur orci justo quis tellus. Phasellus sit amet est pharetra

0 comments:

Note: Only a member of this blog may post a comment.