Friday, November 16, 2018

Perayaan Natal 2018

ad300
Advertisement
Apakah anda mencari cerita Natal untuk ingat kenangan di kampung? Apakah Anda mencari renungan Natal 2018 dengan berbasis pada tema Natal oleh PGI dan mencari makna Ibadah Natal? Artikel ini menolong Anda.
Artikel Perayaan Natal 2018 merupakan artikel dimana saya menyampaikan cerita dan menyampaikan renungan natal 2018 serta liturgi (tata ibadah natal) yang saya buat untuk menyongsong Natal 2018. Natal Nasional tahun 2018 diadakan di kota Medan. Saya melakukan postingan tentang artikel ini sebagai bagian dari apaologetika (pertanggungjawaban) atas isi kepercayaan saya dalam agama yang saya anut yaitu Kristen.






Cerita Natal adalah cerita tentang masa depan untuk saya dan mereka yang percaya kepada-Nya. Sang logos itu hikmat yang menjadi penyebab ada dalam semesta ini.

Dalam keyakinan saya, ketika memasuki bulan desember yang semakin mendekat, saya ingat akan perayaan yang biasanya saya lakukan bersama keluarga. Perayaan Natal tentu memberi pesan spesial dalam hati saya. Perayaan Natal bukan pada hal-hal lahiriah, walaupun saya sadari bahwa hal-hal lahiriah itu juga penting. Namun yang lebih penting yaitu pergumulan teologis yang terkandung dalam Natal. Saya lahir dan besar dalam tradisi Clvinis, tradisi ini dihubungkan pada seorang Reformator yaitu John Calvin. Kemudian dalam konteks kekristenan yang saya miliki di Indonesia tentu memiliki nilai historis teologis dengan gerakan refomasi gereja oleh John Calvin. Kelompok Kristen yang menganut corak reformasi ini disebut Calvinis.
Sekadar untuk ingat di kampung halamanku di Indonesia bagian timur. Bila memasuki Natal, kami disibukan dengan pembentukan panitia natal. Ada panitia natal Sekolah Minggu, Natal Remaja, Natal Pemuda dan Natal Umum. Kami yang anak-anak, selalu meminta kepada orangtua untuk membeli celana, baju dan sepatu baru.
Bila tanggal 25 Desember tiba maka kami memastikan bahwa keberadaan kami sudah bersama orangtua di kampung halaman. Dalam suasana itu selalu terdengar lagu natal. Dari rumah ke rumah selalu ada lagu-lagu natal yang diputar. Ketika Natal tiba maka kami pasti bernyanyi: “Malam Kudus ...
Dalam keyakinan kami, Yesus lahir untuk keselamatan manusia berdosa. Saya bersyukur atas kepercayaanku kepada Dia yang telah memberi kepastian keselamatan kepada saya. Sebelum saya lahir maka Dia sudah menyelamatkan saya. Selamat karena anugerah terbesar TUHAN dalam sang Logos yang menjadi manusia. Logos itu kekal. Melalui logos itulah alam semesta tercipta.

Kue dari singkong. Kadang di kampung pada zaman saya, sulit mendapat terigu maka kadang anggota gereja membuat kue dari singkong. Tetapi kami anak-anak kampung sangat paham mana kue dari singkong dan kue yang dibuat dari terigu. Pada saat pembagian, saya dan teman-teman kadang menghindari kue Natal yang dibuat dari singkong di Kampung saya, namanya Kampung Mazmur. Kami biasanya membeli terigu dengan berjalan kaki ke toko yang letaknya ada di pinggir laut. Jadi dari gunung kami harus mencari terigu ke toko yang letaknya di pantai. Alat transportasi yang digunakan adalah kapal motor, jadi toko harus letaknya di pinggir pantai. Bila di gunung maka butuh sewa orang pikul jualan ke gunung. Jadi efektifnya letak toko itu berlokasi di pantai. Bila kami berjalan kaki dari pagi maka pulangnya sudah sore hari. Bayangkan saja betapa jauhnya membeli terigu membuat kue atau Kokis di tahun 1970-an. Kalau natal tiba, kami pergi ke mama nyora, sebuah sapaan untuk isteri bapak guru. Kalau ke mama nyora kami pasti dapat kue dari tepung terigu tapi kalau ke mama yang lain ya dapat kue yang biasa ada di kampung kami yaitu di Mazmur.


Bila Natal tiba, bapa-bapak Guru dan ibu-ibu guru yang Kristen pasti belanja seperti kue, minuman natal, baju baru untuk keluarga, kadang juga membeli jam tangan seperti Seiko Asli, Rolex, dan lain-lain. Sering juga membeli pohon Natal, kadang kami buat pohon natal dari Batang pisang dll. Setelah itu kami pasang kembang dan lilin, sambil kami menyanyikan lagu-lagu Natal dari Kidung Jemaat
Mungkin zaman sekarang berbeda dengan zaman saya, dulu saya merayakan natal di kampung tanpa ada hp, kalau anak-anak sekolah yang beragama Kristen, para mahasiswa pada saman sekarang pasti pulkam dengan membawa hp berbagai merek seperti Nokia, Erikson, Samsung, Siaomi, dll. Pasti suasana di kampung tambah ramai
Zaman saya, biasanya dari kota ke kampung saya biasanya dengan menggunakan kapal motor yang ditempuh dalam waktu 9 Jam, kini dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor. Motor Honda Trail itu sangat disukai, disamping motor-motor yang lain seperti Yamaha, Honda, Susuki dll.
Persiapan lain yaitu kami membawa pakaian dalam ransel yang mudah dibawa, alias tidak merepotkan. Kadang juga ada rekan-rekan yang pulang dari kota besar membawa tas kulit yang menyenangkan, bahkan juga sepatu kulit yang enak dipakai. Berbagai merek sepatu dapat kami beli tentu bergantung pada kondisi dompet. Kami juga membeli dompet kulit yang nyaman untuk dimasukan dalam kantong celana. Dompet yang aman untuk kulit, dan yang lain yang tidak lupa disebut disini yaitu kaca mata reben dan topi. Sambil dalam perjalanan kapal mootor atau motor dan menikmati keindahan pantai pasir putih yang nan Indah dengan ombok yang sepoi-sepoi.
Saya ingin sapa keluarga saya di wilayah Indonesia Timur. Selamat mempersiapkan diri dalam kelahiran Yesus Kristus.
Dalam artikel perayaan Natal 2018 saya ingin menyampaikan renungan singkat tentang Natal dengan tema yang diusung oleh Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia atau PGI.Tema itu saya renungkan dalam konteks pengutusan untuk mahasiswa praktik yang akan melaksanakan praktik pelayanan di beberapa gereja yang ada di berbagai wilayah di Indonesia. Berikut homilia yang saya maksudkan.

RENUNGAN NATAL 2018


Tema Natal 2018: Yesus Kristus Hikmat Bagi Kita (Bdk 1 Kor. 1:30a)
Subtema: Beraktivitas dan melaksanakan pengutusan dalam Hikmat Yesus Kristus

Tema ini kami pakai di Sekolah Tinggi Teologi IKSM Santosa Asih dengan beberapa pertimbangan, yaitu gerakan keesaan gereja dalam pertimbangan akademis melalui mata kuliah oikumenika dan aspek praktis pastoralia di antara para mahasiswa dan realitas gereja-gereja di Indonesia bahwa secara denominasi, gereja berada dalam ragam aras seperti Calvinis, Lutheran, Baptis, Pentakosta, Kharismatik. Disamping ragam aras Protestan, ada juga gereja yang paling tertua yaitu Gereja Katolik. Saya sebut demikian karena aspek historisnya demikian. Gereja katolik dan Gereja Protesstan dengan berbagai gerakan reformasi yang muncul dalam tubuh gereja kala itu.
Dalam pergumulan teologis Kristen di Indonesia, tema ini menegaskan bahwa orang Kristen yaitu para anggota jemaat dari gereja-gereja yang ada di Indonesia maupun para mahasiswa teologi Kristen yang berada di perguruan tinggi berbentuk STT maupun Institut Agama Kristen, serta Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN), maupun STAK Swasta atau Sekolah Tinggi Agama Kristen selalu dan senantiasa membutuhkan kebenaran langsung, kebenaran ini dalam bahasa filsafat disebut “hikmat”. Orang yang mencintai kebenaran adalah orang berhikmat. Orang berhikmat selalu berada dalam pemikiran yang mendalam atas salah satu realitas yang dihadapi dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan bersama dalam sebuah lingkup kekuasaan. Walaupun begitu, kata hikmat dalam Alkitab seperti di dalam I Korintus 1:30a tidaklah dimengerti dalam dimensi filosofis saja tetapi juga ditemani unsur teologisnya. Dalam dimensi teologis, kita beruntung pada jawaban gereja masa lampau yang meninggalkan jawaban yaitu bahwa Alkitab adalah kebenaran langsung. Jika demikian, kita bicara dua kebenaran dalam logi atas dan logi bawah. Kebanaran logi atas tidak terjadi dalam sebuah proses yang dikenal dalam dimensi logi bawah. Kebenaran logi atas (firman Tuhan) itu datang dalam episteme para rasul karena pewahyuan. Oleh karena wahyu maka kebenaran firman tidak berlangsung melalui proses metodologi ilmiah. Nabi Musa walaupun tidak mengadakan penelitian ilmiah namun kebenaran yang disampaikan dalam kitab Kejadian pasal 1 yaitu manusia dicipta dari debu tanah tidak dapat dibantah. Mengapa demikian karena pada saat manusia meninggal, tubuhnya kembali menjadi bagian dari tanah. Jiwanya pasti kembali atau sedang beristirahat menanti kebangkitan kedua.
Yesus Kristus menyatakan bahwa Dia adalah jalan hidup dan kebenaran. Yesus adalah kebenaran atau hikmat TUHAN. TUHAN menciptakan alam semesta melalui logosnya (Yohanes 1:1)
Lalu apa konteks ungkapan rasul Paulus dalam I Korintus 1: 30a. Lengkapnya ayat ini demikian: “Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita.” (Alkitab terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia,2015. Terjemahan Alkitab ini diterima dan diakui oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia). Kata telah menjadi hikmat bagi kita merupakan frasa yang kaya dengan dimensi teologi Kristen. Saya katakan demikian karena tidak ada seorangpun dari orang Kristen yang hidup tanpa pikiran. Setiap orang Kristen pasti hidup dan berinteraksi dengan sesama dan lingkungan hidup melalui pikiran yang ada padanya. Pikiran yang ada dalam kehidupan orang Kristen dapat diklasifikasikan dalam beberapa tahap pikiran. (1) berpikir biasa (berpikir awam), (2) berpikir filosofis, dan (3) berpikir ilmiah. Taraf pertama membawa seseorang kepada pemikiran biasa tentang realitas atau salah satu realitas. Misalnya ingin kopi lalu masak air dan membuat kopi. Pada tahap ini, belum ada pikiran yang melampaui pikiran biasa. Praktiknya sama seperti manusia pada umumnya, yaitu ingin minum kopi lalu membuat kopi. Namun ada saat dimana orang mengarahkan pikirannya pada salah satu realitas misalnya “air mendidih”. Pikiran mulai diarahkan pada air yang mendidih. Disini mulai muncul pikiran filsafat, ia mulai berpikir secara radikal atau mendalam terhadap fakta mengapa air bila dipanaskan maka akan mendidih. Pikiran mulai dipakai untuk memikirkan secara mendalam. Lalu belum menemukan jawaban, maka mulailah pikiran yang ketiga yaitu membangun jawaban atas pengetahuan yang benar melalui metode-metode yang dikenal dalam ilmu pengetahuan dan dengan menggunakan terminologi teori kebenaran seperti teori koherensi, korespondensi dan pragmatisme.
Penjelasan ini membuka wawasan kita pada epistemologi Paulus tentang “Yesus Kristus telah menjadi hikmat kita”. Secara konteks empiris pada waktu itu (zaman rasul Paulus), kota Korintus terkenal dengan suasana kehidupan multikultural, ada orang Romawi, Yunani dan Yahudi. Tiga kelompok ini ada di kota Korintus pada saat itu. Kemudian secara politik, kota Korintus berada dalam wilayah kekuasaan Romawi. Sebuah kerajaan yang mampu menguasai sampai wilayah atau tanah kelahiran orang Yahudi yang dalam bahasa Alkitab disebut Kanaan (kota Yerusalem dalam arti tanah perjanjian yang dijanjikan kepada Abraham), kemudian kekuasaan Romawi juga meliputi daerah Mesir sampai Afrika bagian utara dan wilayah Eropa. Jadi kekuasaan romawi saat itu meliputi wilayah yang sangat besar.
Di kota Korintus ada kuil tua yang disebut dengan “Kuil Apollo”. Apollo adalah dewa cahaya, musik, pemanah dan pengobatan dan matahari dalam penyair dalam mitologi Yunani dan Romawi. Apollo juga merupakan dewa nubuat yang memberikan kepada orakelnya hikmat untuk membaca masa depan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, orakel adalah ramalan yang diberikan oleh orang suci atas petunjuk dewa pada zaman Yunani Kuno. Oleh karena orakel (peramal) yang memiliki kemampuan masa depan seseorang maka dalam praktiknya banyak orang Yunani yang berduyun-duyun mengunjungi seorang orakel untuk membaca masa depannya. Dengan demikian, mereka yang menyembah dewa apollo adalah orang Yunani dan Romawi kuno (lihat apollo dalam Wikipedia).
Epistemologi di atas tentu mesti dipertimbangkan lagi dalam berbagai kebenaran rasional yang dijumpai dalam literatur akademis tentang Kuil Apollo. Namun demikian informasi di atas dapat kita pakai untuk mempercakapkan apa yang digambarkan oleh rasul Paulus ketika Paulus bicara tentang Yesus adalah hikmat kita. Dengan hikmat itu kita dapat membaca kehidupan kita masa kini dan masa yang akan datang atau melalui Yesus Kristus orang Kristen mendapat hikmat untuk utopia (masa depan), suatu masa yang sebenarnya melampau akal atau “nir-akali”.
Melalui kepercayaan kepada TUHAN dalamYesus Kristus, yang oleh Paulus disebut hikmat kita maka orang Kristen mendapat kemampuan berpikir dalam tataran hikmat manusiawi dan hikmat ilahi sehingga mampu memandang masa depannya dalam firman-Nya.
Yesus Kristus telah menjadi hikmat bagi kita menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah kebenaran yang mengontrol pikiran kita dalam memikirkan kehidupan masa kini dan kehidupan masa yang akan datang. Dalam bahasa teologi disebut kehidupan kekal atau keselamatan abadi. Orang Kristen percaya bahwa kepercayaan kepada Yesus Kristus memastikan bahwa ia memiliki hidup kekal. Orang Kristen mendapat keselamatan kekal bukan karena ia berbuat baik tetapi keselamatan itu adalah anugerah. Saya sering menyatakan kepada mahasiswa: “ sebelum saya berbuat baik keselamatan itu mendahuluinya, sebelum saya dibaptis, keselamatan itu mendahului. Perbuatan baik yang ada pada saya hanya menunjukkan bahwa karena saya sudah selamat maka saya harus menujukkan indikator selamat itu dalam kehidupan saya setiap hari. Demikian juga baptisan yang saya terima sejak saya kecil. Keselamatan itu tidak ditentukan oleh baptisan yang saya terima tetapi baptisan itu mengkonfirmasi keyakinan orangtua saya yaitu anak yang mereka serahkan untuk dibaptis di gereja adalah bagian dari warga yang sudah diselamatkan. Baptisan hanya tanda dan bukan jaminan hidup kekal. Itu epistemologi Reformed (Calvinis) yang saya anut. Keyakinan saya itu tidak ada yang mampu membatalkannya. Itu hak asasi saya untuk berkeyakinan demikian. Negarapun menjamin setiap warga negara untuk berkeyakinan sesuai agama yang dianutnya.
Yesus hikmat bagi kita berarti kita bertindak atas lingkungan alam semesta berdasarkan keyakinan kita kepada Yesus. Keyakinan itu mengontrol kita untuk bertindak dalam trang Yesus adalah hikmat kita (orang yang percaya Yesus).


Dalam konteks pengutusan mahasiswa praktik, saya hendak menyatakan bahwa mahasiswa akan melaksanakan tugas praktik kerja lapangan selama 6 bulan di Gereja-gereja yang bermitra dengan Sekolah Tinggi Teologi yang menjadi homebase kita. Para mahasiswa praktik dan civitas akademika, tentu kita melaksanakan aktivtas kita selama bulan desember dan bagi mahasiswa praktik selama 6 bulan dalam hikmat yang memampukan kita untuk berpikir benar, bertindak benar. Hikmat itu yakni hikmat yang oleh Paulus disebut Yesus Kristus menjadi hikmat kita. Hikmat itu tidak menghilangkan proses berpikir yang benar. Justru hikmat yang dimaksud paulus menolong kita dalam hikmat itu berdasarkan hikmat sorgawi yaitu kebenaran dalam Yesus Kristus. Tidak ada yang tidak menghendaki kebenaran dalam berpikir dan bertindak. Itulah kebanran yang dapat kita wujudkan dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen di Indonesia. Terlebih dalam menghidupi tema PGI Yesus Kristus Hikmat Bagi Kita (Bdk. I Korintus 1:30a. Dengan sub tema yang kami berikan yaitu "Beraktivitas dan melaksanakan pengutusan dalam Hikmat Yesus Kristus". Sub tema ini bukan dari PGI, sub tema ini dari Perguruan Tinggi yang menjadi homebase saya. Sedangkan tema Natal itu diambil dari Tema PGI tanpa kami merubahnya. Selamat Natal untuk mereka yang merayakannya.

LITURGI NATAL 2018

Liturgi Gereja atau liturgi Kristen menunjukkan esensi pertemuan, yaitu pertemuan antara TUHAN dengan umat-Nya dan antara umat dengan sesama umat. Hal ini menegaskan bahwa dalam ibadah Natal berlangsung apa yang disebut pertemuan ter-agung. Disebut pertemuan ter-agung karena dalam ibadah sang pemilik alam semesta hadir dalam ibadah. Tentu kehadiran TUHAN dalam ibadah itu bukan didasarkan pada perasaan manusia tetapi didasarkan pada firman Tuhan seperti yang didebut dalam Alkitab. Dimana satu dua orang berkumpul atas nama-Ku maka Aku (Tuhan) hadir di dalam persejutuan tersebut. Itulah sebabnya ibadah Kristen adalah ibadah yang menunjukkan pertemuan antara TUHAN dengan manusia dan antara manusia dengan sesama manusia yang hadir dalam ibadah tersebut. Nanti saya akan menunjukkan argumentasi teologis tentang ibadah sebagai pertemuan antara TUHAN dan manusia.

Teologi Liturgi atau teologi ibadah di atas menunjukkan bahwa ibadah adalah ekspresi pertemuan antara Tuhan dan manusia. Dengan demikian dalam ibadah Kristen harus mencerminkan pertemuan tersebut. Menyadari akan paham teologi ini maka gereja menyusun tata ibadah seperti:
Votum dan Salam
Nats Pembimbing
Doa pengakuan dosa dan berita pengampunan dosa (bagian ini menunjukkan tentang esensi pertemuan manusia dengan Tuhan). Oleh karena Tuhan itu Maha Kudus, Maha Suci maka jemaat ynag berkumpul dalam ibadah mengaku dosanya kepada TUHAN. Pengakuan dosa tersebut pasti diampuni oleh Tuhan, maka ada berita pengampunan dosa yang disampaikan dari atas mimbar gereja.

Pemberitaan Firman TUHAN. Ibadah adalah pertemuan Tuhan dengan umat-Nya. Oleh karena itu maka dalam ibadah TUHAN pasti berbicara kepada umat-Nya melalui firman-Nya. Kesadaran akan unsur pertemuan ini membuat gereja harus mengakomodir pemberitaan firman Tuhan dalam ibadah. Dalamibadah, umat datang untuk bertemu Tuhan. Oleh karena bertemu Tuhan maka Tuhan itu pasti berbicara kepada manusia yang berjumpa dengan-Nya melalui ibadah. Jadi, pembacaan bagian Alkitab dan pemberitaan firman Tuhan menegaskan maksud esnsi pertemuan ter-agung. Silakan baca blog saya tentang Liturgi: Pertemuan teragung. Biasanya di mimbar Gereja Protestan tersedia Alkitab dalam ukuran Jumbo atauAlkitab dengan ukuran besar. Tentu Alkitab dengan ukuran besar ini menolong para pendeta untuk membacanya secara jelas.Apalagi pendeta yang sudah tua, perlu menggunakan kaca mata. Namun dengan Alkitab besar ini pendeta tanpa atau dengan kaca mata seperti kaca mata illustro membaca huruf-huruf dalam Alkitab secara terang benderang. Sering saya juga kesulitan membaca Alkitab dengan maca telanjang namun dengan kaca mata maka saya sangat terbantu.

Puji-pujian. Puji-pujian dalam ibadah gereja pada hari Natal dan ibadah Minggu dan ibadah rumah tangga menunjukkan bahwa pertemuan dengan Tuhan itu ditandai dengan memuji TUHAN. Jemaat datang bertemu TUHAN dalam ibadah maka jemaat mesti memuji TUHAN. Ada Gereja yang memakai Kidung Jemaat dalam ibadah seperti Gereja Masehi Injil di Timor (GMIT), Gereja Masehi Injil Minahasa (GMIM), Gereja Protestan Maluku (GPM), Gereja Kristen Injili di Tanah Papua. Gereja ini bercorak Calvinis sama dengan Gereja Masehi Injili Timor, Gereja Protestan Maluku (GPM), jadi kalau ada anggota Gereja Masehi Injili di Timor bertugas di Papua maka ia pasti membawa atestasi. Dengan surat ini, ia mendaftar sebagai anggota Gereja Injili di tanah Papua.

Gereja-gereja yang menggunakan Kidung Jemaat dalam memuji Tuhan juga tentunya sangat banyak. Misalnya Gereja Kristen Toraja, Gereja Kristen Jawa, Gereja Kristen Pasundan, dll. Salah satu pujian terkenal adalah: Betapa kita tidak bersyukur, bertanah air kaya dan subur. Lautnya luas, Gunungnya megah. Menghijau padang dst. Lihat Kidung Jemaat (KJ.337).

Persembahan. Dalam ibadah anggota jemaat memberi persembahan sebagai rasa syukur karena telah berjumpa dengan Tuhan. Tuhan itu telah memberkati usahanya sehingga ia mendapat rejeki, kini dalam ibadah, anggota jemaat menyatakan syukur melalui memberi persembahan dalam bentuk rupiah. Biasanya di kampung-kampung dalam bentuk persembahan Natura, seperti ketika musim panen pisang, jagung dan ubi. Sering jemaat membawa panen pertama ke gereja dan diletakkan di bawah mimbar. Bila musim panen tiba maka dibawah meja pasti sudah tersusun jagung yang diambil dari hasil kebun. Jagung itu haruslah jagung terbaik, buahnya yang terbaik. Biasanya yang punya kebun memotong beberapa pohon jagung dan buahnya diikat kemudian di bawah ke gereja. Demikian juga pisang, tandan yang pertama diambil kemudian dibawah kerumah gereja dan diletakkan di bawah mimbar. Setelah selesai ibadah barang-barang Natura itu dilelang kepada jemaat. Hasil jualan itu dimasukan ke kas Gereja. Saya teringat dengan persembahan Kain dan Habel. Habel membawa persembahan dengan domba yang tambun, domba terbaik untuk diberi kepada yang Maha Baik (TUHAN).Memberi yang terbaik kepada yang Maha Baik.

Pada akhir ibadah ditutup dengan memberi doa berkat. Doa berkat itu dilakukan dengan keyakinan bahwa jemaat datang berjumpa dengan TUHAN maka Tuhan yang mereka jumpai itu pasti memberkati melalui uluran tangan dari sang pendeta yang mengangkat dan menumpangkan tangan atas jemaat dan mengucapkan doa berkat.

TOGA DAN STOLA PENDETA

Dalam tradisi gereja, ada gereja tertentu yang memimpin ibadah Minggu dan ibadah Natal dengan memakai toga dan stola. Biasanya gereja-gereja Lutheran dan Calvinis menggunakan jubah pendeta. Kalau Calvinis, biasanya jubah pendeta dipakai oleh Gereja-gereja Presbiterian atau gereja Calvinis yang datang dari Amerika Serikat. Sementara beberap gereja Reformed Belanda hanya menggunakan pakaian biasa maksudnya bukan baju toga. Toga adalah pakaian seperti baju toga wisuda yang dipakai oleh pendeta. Tentu toga pendeta berbeda dengan toga wisuda. Model toganyapun berbeda-beda. Gereja-gereja yang menjadi anggota PGIW DKI dalam ibadah pertukaran pelayan biasanya menggunakan toga. Ada pula yang memperkenankan menggunaka Jas.
Untuk mendapatkan toga pendeta maka kita bisa memesan atau menjahit sendiri dengan cara mendatangi jasa penjahit toga pendeta. Ada yang khusus menjahit toga pendeta dari berbagai denominasi gereja. Khususnya gereja-gereja arus utama seperti Lutheran dan Clvinis seperti GPIB, saya melihat sudah ada toga GPIB terbaru. Pasti mereka yang melayani di GPIB sudah memilikinya.

Bila kita ingin membeli toga atau jubah pendeta maka kita dapat memesannya di tokopedia. Tersedia toga di toko online seperti yang sudah disebutkan. Bisa juga melalui toko buku seperti toko buku BPK Gunung Mulia, Toko Buku Kalam Hidup dll.

MOBIL PENDETA

Pendeta zaman sekarang memiliki mobil untuk memperlancar pelayanan. Tetapi kalau terkena macet yang tidak lancar lagi. Pilihannya bisa menggunakan motor agar lancar melaksanakan pelayanan gereja seperti pelayanan pastoral ke jemaat, undangan khotbah, dan kegiatan-kegiatan lain seperti mengajar di Sekolah Tinggi Teologi,Universitas maupun institut negeri dan swasta.

Semoga bermanfaat
Sekian dulu. Sampai jumpa
Share This
Previous Post
Next Post

Pellentesque vitae lectus in mauris sollicitudin ornare sit amet eget ligula. Donec pharetra, arcu eu consectetur semper, est nulla sodales risus, vel efficitur orci justo quis tellus. Phasellus sit amet est pharetra

0 comments:

Note: Only a member of this blog may post a comment.