Friday, August 10, 2018

Dari Pikul Alang-alang ke Mengetuk Palu Akademis

ad300
Advertisement
Hidup ini melalui proses yang kadang menyakitkan. Itulah sebabnya bahasa dan syair derita selalu terdengar di mana-mana. Ada lagu dengan syair: aku tak sanggup lagi menerima derita ini ... dan seterusnya.
Beberapa tahun yang lalu, yaitu tahun 1991, saya mengadakan PKL di suatu daerah di wilayah Nusa Tenggara Timur. Saya bersama teman yang dikirim dari kampus untuk melaksanakan tugas selama 6 bulan di daerah yang kami tuju dan melaksanakan PKL.
Kami bergerak dalam dunia pendidikan. Anak-anak yang kami kumpulkan harus memiliki sebuah tempat berteduh untuk berlangsungnya proses pendidikan. Kami kemudian membangun sebuah pondok. Pondok itu dibuat dengan beratapkan alang-alang. Kami harus bekerja sendiri, masyarakat juga membantu tetapi kami harus lebih banyak berperan.
Alang-alang untuk menutup pondok dibeli di tempat yang jauh dari lokasi pondok. Butuh tenaga untuk mendatangkan alang-alang. Saya dan teman-teman memutuskan kami harus pikul sendiri alang-alang tersebut. Berikut salah satu bukti pikul alang-alang.

Tanggal 4 Agustus 2018 adalah waktu bersejarah bagi saya sebagai pimpinan Sekolah Tinggi Teologi Institut Keguruan SA mengetuk palu dalam acara wisuda. Acara wisuda berlangsung secara hikmah. Walaupun jumlah mahasiswanya hanya 17 orang namun acara berlangsung secara baik. 13 Wisudawan Sarjana dan 4 wisudawan Magister.

Mungkin setiap orang punya pengalaman yang berbeda-beda. Pengalaman saya melalui liku-liku yang dimulai dari bawah, mulai dari staf biasa dan menjadi staf pengajar, kemudian naik level lagi pada sebuah Sekolah Tinggi hingga saya pindah tahun 2010 ke lembaga pendidikan lain yang sekaran di mana saja menjadi pimpinan lembaga tersebut.

Ada yang perjuangannya instan, begitu selesai studi melamar di sebuah sekolah atau dibutuhkan lembaga dan langsung ditempatkan dalam jabatan tertentu. Ya ini namanya rejeki. Namun saya menjalani proses yang dimulai dari level bawah dan menanjak ke level atas. Saya tidak tahu persis pembaca blog punya pengalaman seperti apa. Kita bisa berbagi pengalaman.

Palu di atas dipakai untuk membuka acara wisuda, pelantikan dan menuutup acara wisuda tanggal 4 Agustus 2018

Untuk menempati sebuah posisi dalam sebuah lembaga pendidikan atau organisasi manapun, kita harus berjuang dan terus berjuang. Kadang sesuatu hanya muncul dalam pikiran yang boleh jadi itu adalah visi dan kemudian akan direalisasikan dalam kehidupan. Saya juga tidak pernah membayangkan kalau suatu saat menjadi ketua. Namun inilah realitas kehidupan. Saya pernah berciata-cita tahun 2015 dan dijawab pada bulan Agustus 2018.

Foto memikul alang-alang dalam gambar di atas bukan suatu rekayasa tetapi itu pengalaman real yang saya alami. Pikul alang-alang secara benar saya lakukan. Kemudian kembali melanjutkan studi dan menyelesaikan sarjana kemudian kembali ke daerah tersebut. Kemudian tahun 1994 kembali ke Jakarta dan diminta oleh Ketua dari STT almamater saya untuk mengabdi di lembaga di mana saya menyelesaikan studi. Kemudian tahun 2010 saya pindah tempat kerja. Puji TUHAN saya diterima dan berkarya hingga sekarang di lembaga di mana saya menjadi ketua. Hidup ini penuh perjuangan.
Judul di atas tepatnya dari pikul alang-alang ke pikul tanggungjawab sebagai ketua di Sekolah Tinggi yang fokus pada pendidikan anak.

Teruslah berjuang
Share This
Previous Post
Next Post

Pellentesque vitae lectus in mauris sollicitudin ornare sit amet eget ligula. Donec pharetra, arcu eu consectetur semper, est nulla sodales risus, vel efficitur orci justo quis tellus. Phasellus sit amet est pharetra

0 comments:

Note: Only a member of this blog may post a comment.