Thursday, August 2, 2018

Perencanaan Efektif Pendidik Swasta Memiliki Rumah Pribadi

ad300
Advertisement
Langit dan bumi serta isinya ada karena perencanaan dari sang Pencipta. Sang pencipta telah menciptakan manusia segambar dan serupa dengan-Nya. Oleh karena itulah manusia punya kemampuan rasional untuk merancang sesuatu. Kemampuan logi dan realitas di luar logi atau pengalaman empiris menyebabkan manusia berpikir dan bertindak untuk mewujudkan sesuatu yang diperlukan oleh dirinya dan keluarga.
Saya bekerja sebagai pendidik swasta, honor tidak terlalu besar, bila dihitung secara rasional dan kebutuhan empiris maka sebenarnya tidak mampu bertahan hidup di tengah perkembangan yang semakin pesat. Beberapa tahun yang lalu, yaitu sejak tahun 1994 saya kontrak dari satu rumah ke rumah lain. Setiap akhir kontrak selalu memikirkan bayaran untuk kontrak rumah baru yang harganya semakin bertambah. Tahun 1994 pernah bekerja dengan honor Rp 150.000,00 per bulan. Setiap tahun ada perubahan namaun perubahan yang tidak terlalu signifikan. Semacam pengabdian tanpa tanda jasa atau boleh disebut bekerja dengan hati. Maksudnya ada keterbatasan dana maka saya dan beberapa teman harus menerima honor yang sangat rendah. Namun ada saja cara TUHAN memelihara setiap orang dengan cara-Nya yang sering tidak terduga secara rasional.

Tahun 2005 saya merindukan untuk punya rumah sendiri. Pada waktu itu saya tinggal di sebuah rumah yang dibeli oleh kantor yang hendak dijadikan sebagai sarana penunjang kegiatan kantor. Setiap pulang kantor, saya duduk sambil bervisi memiliki tanah 100 meter dan membangun rumah yang memadai untuk keluarga. Saya dalam semangat memiliki rumah itu terdorong untuk secara iman mengukur rumah yang saya tempati, istriku heran melihat tindakanku. Saya berkata kepadanya: Suatu saat kita punya rumah dengan luas tanah 100 meter. Kami membawakan dalam doa. Suatu saat teman kntor menyampaikan bahwa ada yang rencana menjual tanah. Tanah empang, dalamnya 1, 65 cm. Saya berdiskusi dengan istri dan memutuskan untuk membeli. Kemudian bersama teman kami membeli tanah dengan harga per meter Rp 75.000,00 di bilangan Jakarta Timur. Haraga tanah yang dibilang membeli celana panjangpun tidak cukup, tetapi itulah jawaban Tuhan untuk kami. Kemudian kami membagi bidang tanah sebesar 200 meter untuk saya 100 meter dan 100 meter lagi untuk teman. Kami kemudian membeli tanah pada pemilik tanah. Total harga Rp 7.500.000,00. Awalnya kami panjar Rp 1 Juta kemudian sisanya kami cicil, termasuk cincin kawin juga kami jual untuk menambah pelunasan harga tanah. Saya kebetulan tipe orang yang tidak suka memakai cincin. Jadi, saya diskusi dengan istri kemudian iapun setuju untuk kami jual. Akhirnya harga tanahpun lunas dibayar.Selanjutnya kami harus membangun namun tidak punya uang untuk membeli material dan menyewa tukang untuk membangunnya. Kami kemudian diskusi dengan seorang kenalan, ia bekerja sebagai seorang tukang bangunan. Kami katakan apa yang harus kami persiapkan untuk membangun rumah.Lalu saran yang ia sampaikan:
1. Beli material yang tidak gampang rusak seperti batu untuk fondasi, pasir dan kelikir untuk coor tiang. 2. Beli secara bertahap. Misalnya beli batu kali 1 kol mobil samapai jumlah yang mencukupi. 3. Pakai jasa tukang untuk hal yang paling mendasar, selanjutnya bisa dikerjakan sendiri dan handai tolan 4. Beli semen hanya ketika membangun 5. Bangun dua kamar dengan dapur lebih dahulu kemudian yang lain menyusul. Kami kemudian mengikuti saran itu. Awalnya sempat kuatir namun setelah berjalan rasanya ada saja pertolongan TUHAN. Kami kemudian membangun dengan perjuangan yang sulit namun berhasil. Setelah tukang membangun fondasasi kemudian saya meminta petunjuk tukang bagaimana menyusun bata dalam membuat tembok rumah. Sayapun diajari tukang. Saya kemudian mengerjakan. Hasilnya bengkok tapi tukang bilang tidak apa-apa nanti kita luruskan dengan semen pada waktu plester. Jadi, saya membuat campuran sendiri dan berusaha memsang batu bata. Bahkan membuat slotpun berhasil. Lalu tukang yang merapikan.

Dari waktu ke waktu pekerjaan itu kami lakukan secara bergantian. Bila ada uang maka saya memakai tukang tetapi bila tidak ada uang maka saya kerjakan sendiri. Kadang juga dibantu oleh saudara-saudara satu daerah yang pernah kuliah di Jakarta. Akhirnya rumahpun selesai dan kami mulai tempati dua kamar dengan dapur yang selesai dibangun. Kamar depan dan ruang tidur dikerjakan setelah kami tinggal dalam rumah. Kami kemudian kerjakan secara bertahab sampai selesai.

Bagi rekan-rekan yang ingin punya rumah, saya ingin menyampaikan beberapa saran inspiratif:
1. Punya keinginan memiliki rumah
2. Nayatakan keinginan memiliki rumah dalam doa kepada TUHAN
3. Cari tanah, siapa tahu dapat yang murah kemudian membelinya
4. Cicil material seperti membeli batu untuk fondasi, tanya tukan berapa banyak batu yang diperlukan untuk membuat fondasi rumah
5. Beli pasir dan batu bata yang diperlukan untuk membangun. Bisa beli secara mencicil.
6. Bila material yang tahan lama sudah dipersiapkan dan cukup untuk membangun maka segera cari tukang
7. Beli semen dan besi kemudian mulailah membangun
8. Bila kesulitan biaya untuk upah tukang maka silakan ke 9 9. Kerjakan sendiri bagian yang bisa dikerjakan seperti membangun tembok rumah 10. Bagian yang sulit dibiarkan tukang yang mengerjakan. Namun persiapkan uang kemudian panggil tukang untuk mengerjakan yang sulit kita kerjakan.
Jadi, kita dapat simpulkan bahwa setelah punya tanah, cicil beli material yang tahan lama seperti batu dll. Kemudian ketika merasa sudah punya biaya untuk membangun, silakan hubungi tukan dan beli semen serta material lain untuk membangun. Bila keungan memungkinkan maka dapat diserahkan kepada tukang untuk merampungkannya namun jika tidak maka kita harus mengambil bagian dalam membangun. Caranya beranikan diri untuk membangun.

Semoga menginspirasi
Share This
Previous Post
Next Post

Pellentesque vitae lectus in mauris sollicitudin ornare sit amet eget ligula. Donec pharetra, arcu eu consectetur semper, est nulla sodales risus, vel efficitur orci justo quis tellus. Phasellus sit amet est pharetra

0 comments:

Note: Only a member of this blog may post a comment.